Lima Mahasiswa Unair Kembangkan Inovasi Parem Tempel sebagai Alternatif Terapi Osteoarthritis

Lima Mahasiswa Unair Kembangkan Inovasi Parem Tempel sebagai Alternatif Terapi Osteoarthritis Lima mahasiswa Unair yang berhasil menciptakan inovasi alternatif terapi Osteoarthritis (foto: Ist)

SURABAYA,BANGSAONLINE.com - Lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) membuat inovasi di bidang kesehatan. Khususnya pengobatan alternatif.

Mereka berhasil membuat karya produk bernama Micro Parem Patch. Alternatif untuk penyakit .

Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu

Osteoarthritis termasuk radang sendi. Penyakit ini terjadi akibat kerusakan pada tulang rawan. 

Keluhannya bermacam-macam. Seperti sendi yang sakit, terasa kaku atau bahkan bengkak.

Inovasi ini berhasil mengantarkan Talitha Amelia Trixie (S1 Kedokteran 2021), Jihan Aura (D4 Pengobat Tradisional 2022) Amadeo Lemuel (S1 Teknik Industri 2020), Thoriq Hibatullah (S1 Teknologi Radiologi Pencitraan a2019), dan Lalu Aldy Kurnia Aji (S1 Akuakultur 2019) berhasil lolos pendanaan Pekan Kreativitas Mahasiswa () Kemdikbud-Ristek RI.

Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang

Micro Parem Patch menjadi produk yang mendapat pendanaan bidang Rekayasa Eksakta.

Produk itu dikembangkan mereka berlima. Bersama pembimbingnya Edith Frederika Puruhito SKM MSc (MedSci).

Mereka menjadikan parem untuk pengobatan jadi lebih sederhana. Berupa bentuk microneedle patch.

Baca Juga: Bersama Unair, FH UTM Jalin Kerja Sama dengan Faculty of Law Maastricht University

Talitha Amelia mengatakan parem ini masih menggunakan bahan tradisional. Ukurannya lebih sederhana dan simpel.

“Jadi, sebenernya itu parem adalah obat topikal yang berasal dari bahan-bahan tradisional. Nah, inovasi kita adalah membuat parem ini menjadi sediaan lebih sederhana dengan ukuran yang optimal. Namanya adalah microneedle,” kata Talitha.

Microneedle merupakan sebuah teknik pemberian obat secara mekanik dengan panjang berikuran µm

Baca Juga: Gala Dinner Pimnas ke-37 Unair, Pj Gubernur Jatim Komitmen Dukung Perkembangan Perguruan Tinggi

Strukturnya menyerupai  piramid atau kerucut yang tajam pada bagian puncak. Tujuannya agar dapat menembus kulit tanpa menyentuh titik nyeri.

Saat microneedle masuk ke dalam kulit manusia, polimer akan larut dan melepaskan obat yang dienkapsulasi.

“Struktur microneedle berbentuk piramid atau kerucut agar dapat menembus kulit. Namun, jarum dari sediaan microneedle ini hanya menembus sampai epidermis sehingga tidak menimbulkan rasa sakit karena tidak sampai ke saraf nyeri,” terang Talitha.

Baca Juga: AHY Raih Gelar Doktor dari Unair, Khofifah Yakin Bakal Bawa Kebaikan Bagi Bangsa

Menurut mereka parem dengan microneedle ini memiliki sejumlah kelebihan sebagai alternatif .

Dengan menempelkan parem tersebut ke permukaan kulit, obat jadi lebih mudah dikonsumsi.

Mudah digunakan. Alternatif ini cocok bagi para lansia yang menderita 

Baca Juga: Resmi Bergelar Doktor, Ada SBY hingga Khofifah di Sidang Terbuka AHY

Inovasi yang mereka kembangkan juga jadi cara lain di samping penggunaan NSAID (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs) dan kortikosteroid yang biasa diresepkan pada pengidap .

, penggunaan dua jenis obat itu hanya dapat mengurangi nyeri dan menurunkan progresivitas penyakit.

Terlebih, kedua jenis obat itu mempunyai efek samping berupa gangguan lambung dan jantung.

Baca Juga: Menteri ATR/BPN Ikut Ujian Diktoral di Surabaya

Jihan Aura, anggota kelompok ini, menjelaskan alasan parem microneedle yang mereka kembangkan mudah digunakan oleh lansia.

“Sediaan obatnya juga obat oral dan injeksi. Orang tua kan tingkat kepatuhannya kurang. Jadinya, microneedle ini cocok. Enggak sakit, cuman nempelin aja gitu,” ungkapnya.

Selain itu, mahasiswi Pengobatan Tradisional ini menyebut inovasi mereka mampu membuat lansia pengidap  jauh lebih baik.

Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama

"Osteoarthritis itu tidak bisa sembuh dan penyakit yang biasanya ada pada orang tua. Maka dari itu juga pastinya ganggu kualitas hidup mereka kayak susah jalan, berdiri, dan bungkuk,” terang Jihan.

Mereka berlima berharap, inovasi ini dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam hilirisasi industri medis.

Selain itu, mereka berharap inovasi dasar ini jadi angin segar bagi pihak-pihak yang ingin memproduksi obat sejenis.

Tak sampai di situ, Talitha dan rekan-rekannya juga berharap diberi kelancaran dan kemudahan di ajang PIMNAS mendatang. (van)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO