JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada 6 tokoh nasional di Istana Negara Jakarta, Jumat (10/11/2023). Mereka di antaranya ialah KH Abdul Chalim dari Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat, dan M Tabrani dari Pamekasan, Madura, Jawa Timur.
Yang menarik, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, langsung menyiapkan 2 tumpeng untuk tasyakuran dua pahlawan tersebut. Dua tumpeng itu disiapkan di Kantor Badan Penghubung Daerah (Bapengda) Jawa Timur, Jalan Pasuruan 16-20, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Blusukan di Pasar Sidoharjo Lamongan, Khofifah akan Tutup Kampanye di Jatim Expo
Dalam acara tasyakuran yang digelar sekitar pukul 14.00 WIB itu hadir Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, putra KH Abdul Chalim, bersama istrinya, Nyai Hj Alif Fadhilah. Tampak juga beberapa putra-putrinya, antara lain Muhammad Al Barra (Gus Bara), Ning Imah dan suaminya Dr KH Mauhibur Rokhman serta para kerabatnya, baik dari Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Mojokerto maupun Majalengka.
Begitu juga keluarga M. Tabrani. Tampak hadir Dr Ami Primarni, putri bungsu M. Tabrani, dan beberapa keluarga dan kerabatnya.
Prof Dr KH Asep dan keluarga M. Tabrani saat potong tumpeng tasyakuran di Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur Jl Pasuruan 16 - 20 Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2023). Foto: M. Mas'ud Adnan/ bangsaonline
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Dalam acara tasyakuran yang dihadiri sekitar 35 orang itu selain digelar pemotongan tumpeng juga sambutan, baik dari keluarga KH Abdul Chalim maupun M. Tabrani.
"Kalau saya ini kan hanya nunut," kata Kiai Asep merendah saat memberikan sambutan. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu menceritakan kronologis pengusulan abahnya sebagai pahlawan.
Menurut dia, saat diundang pengajian ke Cirebon dirinya singgah di Leuwimunding Majalengka. Saat itulah Kepala Dinas Sosial Majalengka Iwan Dirwan datang menemuinya bersama beberapa stafnya. Ia minta izin untuk mengusulkan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
"Lima tahun sebelumnya Bu Khofifah juga mengusulkan abah saya sebagai pahlawan. Tapi saya menyampaikan kepada Bu Khofifah saya mau istikharah dulu, apakah abah saya berkenan," tutur Kiai Asep.
Ternyata kemudian Dinsos Majalengka minta izin untuk mengusulkan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan.
"Mungkin ini jawaban dari istikharah saya itu," kata ketua umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Baca Juga: Survei Poltracking Terbaru, Khofifah-Emil Melejit Tinggalkan Risma-Hans dan Luluk-Lukman
Menurut dia, proses pengusulan dan ditetapkannya Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan sangat cepat. "Sebenarnya sangat tidak rasional," katanya.
Menurut dia, Kiai Abdul Chalim didaftarkan sebagai pahlawan pada menit terakhir. "Bukan pada jam terakhir tapi pada menit terakhir," tuturnya. Yaitu pada tengah malam, 31 Maret 2023.
Tapi ternyata masuk ketegori sangat cepat ditetapkan sebagai pahlawan. Padahal calon pahlawan lain perlu waktu bertahun-tahun.
Baca Juga: Survei ARCI: Khofifah-Emil Dominan di Mataraman
Menurut Kiai Asep, ini karena faktor tawakkal, setelah usaha keras dan berdoa maksimal. Kiai Asep mengutip ayat al Quran surat Ath-Thalaq yang populer sebagai ayat 1.000 dinar.
"Wa may yattaqillaha yaj al-lahu makhraja. Wa yarzuq-hu min haitsu la yahtasib, wa may yatawakkal alallahi fa huwa hasbuh. Artinya: Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar. Bahkan Allah akan memberika rezeki yang tak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya."
Baca Juga: Siap Jadikan Jawa Timur Sebagai Gerbang Baru Nusantara, Khofifah-Emil Ajak Sukseskan Pilkada 2024
Kiai Asep juga sempat menyinggung jasa M. Tabrani. Menurut dia, Tabrani sangat berjasa dalam memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Termasuk dalam Sumpah Pemuda.M. Tabrani sempat berbeda pendapat M Yamin yang menyebut bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu.
Sementara Ami Primarni, putri M. Tabrani, mengaku berasyukur bisa bertemu dengan keluarga KH Abdul Chalim. Ia mengaku sangat terkesan dengan Kiai Asep. Bahkan ia mengaku "jatuh cinta" kepada Kiai Asep.
"Mohon maaf Bu Nyai, saya langsung jatuh cinta kepada Kiai Asep," kata Ami Primarni sembari mengarahkan pandangannya kepada Nyai Alif Fadhilah saat menyampaikan sambutan. Tapi, tegas dia, bukan cinta dalam arti asmara, melainkan cinta karena keluhuran karakter dan integritasnya yang menurut dia persis seperti karakter ayahnya, M Tabrani. "Wajah Pak Kiai asep yang teduh mengingatkan saya pada ayah saya," tegas wanita berjilbab yang berprofesi sebagai dosen itu.
Baca Juga: Sholawatan Bersama Habib Syekh, Khofifah Ajak Generasi Muda Tingkatkan Prestasi dan Jauhi Narkoba
Menurut dia, melihat wajah Kiai Asep terasa melihat pribadi ayahnya.
Ia kemudian bercerita tentang perjuangan dan profesi ayahnya. Menurut dia, ayahnya berprofesi sebagai wartawan. Jadi perjuangannya terhadap bangsa dilakukan dalam kapasitas sebagai wartawan. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News