JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Salah satu tokoh muda NU yang lolos ke Senayan dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur adalah KH Irfan Yusuf Hasyim yang akrab dipanggil Gus Irfan.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini berangkat dari Dapil Jatim VIII yang meliputi Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kota Madiun, dan Kabupaten Madiun.
Baca Juga: Grand Launching Majelis Istighotsah Ikapete, Gus Fahmi Ajak Lestarikan Peninggalan Mbah Hasyim
Gus Irfan adalah putra KH Muhammad Yusuf Hasyim. Pak Ud – panggilan akrab Kiai Yusuf Hasyim - adalah putra bungsu Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren Tebuireng dan organisasi keagamaan terbesar Nahdlatul Ulama (NU).
Kiai Yusuf Hasyim, selama hidupnya, selain aktif sebagai politikus juga pengasuh Pesantren Tebuireng. Kiai Yusuf Hasyim cukup lama mengasuh pesantren legendaris itu. Selama 41 tahun: mulai 1965 hingga 2006.
Ia kemudian menyerahkan kepengasuhan Pesantren Tebuireng kepada KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Kini Pesantren Tebuireng diasuh oleh KH Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin).
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
Sejak muda, Kiai Yusuf Hasyim dikenal sebagai pejuang kemerdekaan RI. Ia terlibat dalam berbagai pertempuran atau perang melawan penjajah. Bahkan, Kiai Yusuf Hasyim tercatat sebagai Tentara Nasional RI dengan pangkat terakhir letnan satu (lettu).
Namun Kiai Yusuf Hasyim tak meneruskan karir di militer. Kiai Yusuf Hasyim justru memilih perjuangan lewat jalur politik. Kiai Yusuf Hasyim aktif di PPP sehingga duduk di DPR RI. Pada orde baru hanya ada tiga partai, yaitu Golkar, PDI dan PPP.
Sebagai politikus, Kiai Yusuf Hasyim dikenal sebagai tokoh politik pemberani dan vokal. Saat duduk di kursi DPR RI Kiai Yusuf Hasyim selalu bersuara keras untuk membela hak-hak rakyat, terutama umat Islam. Padahal saat itu orde baru di bawah Presiden Soeharto sangat otoriter dan represif.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
Sedemikian kerasnya sampai Presiden Soeharto “menugaskan” Jhon Naro, ketua umum PPP, untuk menyingkirkan Kiai Yusuf Hasyim dari daftar caleg jadi.
Saat itu pecalegan masih memakai sistem nomor urut sehingga siapapun yang diletakkan pada nomor 1 selalu terpilih sebagai anggota DPR. Jhon Naro kemudian memindahkan Kiai Yusuf Hasym ke nomor tak jadi.
Gus Irfan tampaknya mewarisi trah politik Kiai Yusuf Hasyim. Sebelum terjun ke politik, Gus Irfan pernah diberi amanah untuk memperbaiki sistem administrasi Pesantren Tebuireng. Itu terjadi saat Kiai Yusuf Hasyim masih aktif sebagai pengasuh Pesantren Tebuireng.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
“Gus Irfan sangat iffah,” kata Dr KH Ahmad Musta’in Syafi’i, Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng yang juga pengasuh rubrik Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA mengomentari keperibadian Gus Irfan saat aktif sebagai pengurus Pesantren Tebuireng.
Iffah adalah bahasa Arab. Secara terminologis, iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang tercela, merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya.
Selamat bertugas Gus. Semoga sukses mengemban amanah.
Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News