BANGSAONLINE.com - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat Besar Airlangga turut memeriahkan peringatan HUT ke-70 dengan diskusi yang membahas gerakan dan pragmatisme.
Selain kegiatan yang menjadi puncak acara, sebelumnya juga terdapat beberapa serangkaian agenda seperti buka bersama, serta aksi teatrikal yang diisi oleh para kader GMNI Airlangga. Dalam diskusi yang digelar pada Sabtu (23/3/2024) di Balai Pemuda Surabaya, GMNI Airlangga berupaya merefleksikan perjuangan dan pemikiran Marhaenis dalam era yang pragmatis.
Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin
Sebab, arah gerak GMNI sebagai organisasi kepemudaan selalu identik dengan gerakan masyarakat akar rumput, sehingga dalam era yang serba pragmatis seperti saat ini, perjuangan GMNI menemui tantangannya.
“Gerakan, Finansial, dan Orientasi menjadi 3 aspek yang turut terdampak pada era pragmatis bagi para kader GMNI. Hal ini bahkan tidak jarang menjadi gerakan yang berorientasi pada finansial,” kata Ketua Komisariat GMNI FISIP Unair, Ehren Dean Damanik.
Dengan kata lain, ia berupaya menekankan mengenai kondisi gerakan per hari ini yang cenderung penuh dengan massa bayaran. Ehren melihat, kondisi per hari ini juga disebabkan oleh mahasiswa atau aktor yang berada dalam gerakan bersifat semakin pragmatis, hanya mementingkan keuntungan kelompok atau individu belaka.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
“Jangan salah teman-teman, per hari ini, kalau misal teman-teman melihat banyak muncul demonstrasi pemilu damai dan sebagainya. Fenomena tersebut meskipun belum terbukti, sudah menunjukkan bahwa massa bayaran dalam demonstrasi itu ada dan semakin banyak. Bahkan terkesan direproduksi oleh rezim sebagai massa aksi tandingan,” paparnya.
Ehren turut menjelaskan, kondisi ini menunjukkan suatu ironis, mengingat massa organik yang turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi atas dasar keresahan bersama, perlahan digantikan oleh massa bayaran yang ikut demonstrasi karena dibayar.
Dalam membahas massa bayaran, ia juga merefleksikan pada acara pembacaan petisi menggugat Pemilu oleh para akademisi Unair, yang ditandingi dengan aksi pemilu damai dipimpin oleh salah satu caleg Gerindra.
Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang
“Tidak usah jauh-jauh, kemarin kita kan sempat mengalami bagaimana berhadapan dengan massa bayaran. Banyak orang yang jawabnya ngawur saat ditanya pas bikin acara tandingan petisi akademisi Unair menggugat Pemilu tempo hari lalu,” ucapnya.
Setelah diskusi selesai, rangkaian acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-70 GMNI ditutup dengan penampilan dari siswa binaan Sekolah Bung Karno, yang merupakan lini organisasi GMNI FISIP Unair di bidang pendidikan.
Pertunjukan yang ditampilkan oleh siswa binaan Sekolah Bung Karno merupakan upaya pemberdayaan bersifat berkelanjutan yang berusaha ditanamkan oleh GMNI FISIP Unair pada siswa binaan melalui program Sekolah Bung Karno. (*)
Baca Juga: Bersama Unair, FH UTM Jalin Kerja Sama dengan Faculty of Law Maastricht University
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News