SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melontarkan wacana politik mengusung KH Marzuki Mustamar untuk Calon Gubernur Jawa Timur.
Namun hingga sekarang, Kiai Marzuki Mustamar yang mantan Ketua PWNU Jawa Timur itu belum pernah menyampaikan pernyataan politik sepatah kata pun. Karena itu manuver politik PKB itu menimbulkan pertanyaan, serius atau sekadar gertakan politik
Baca Juga: PDIP Kabupaten Kediri Beri Santunan ke Panti Jompo dan ODGJ di Peringatan Hari Ibu
Meski demikian, manuver politik PKB itu bisa dipahami. Karena PKB merupakan partai pemenang yang memiliki 27 kursi DPRD dari total 120 kursi DPRD Jatim.
Saya kira bukan hanya PKB yang tergerak untuk mencalonkan gubernur atau wakil gubernur sendiri. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga punya perasaan politik yang sama. Terutama karena PDIP memilik 21 kursi di DPRD Jatim.
Sebelumnya, Gerindra Jawa Timur juga menunjukkan gelagat politik yang sama. Ketua Gerindra Jatim Anwar Sadat terkesan berminat untuk masuk bursa Calon Wakil Gubernur Jatim. Ini juga mudah dimaklumi karena Gerindra juga memiliki 21 kursi DPRD Jatim. Apalagi, menurut Sadat, DPP Gerindra mengamanatkan agar mempriotaskan kader sendiri untuk Pilkada.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Baik PDIP maupun Gerindra kurang sreg dengan formasi Cagub-Cawagub Khofifah-Emil karena Partai Demokrat yang mengusung Emil Elestianto Dardak sebagai cawagub hanya memiliki 11 kursi DPRD Jatim, hasil Pemilu 2024.
Menurut elit PDIP dan Gerindra Jatim, idealnya Khofifah bersanding dengan kader PDIP atau Gerindra, bukan dengan kader Demokrat yang kursinya jauh di bawah PDIP dan Gerindra.
Namun Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto memutuskan mengusung Khofifah-Emil. Bahkan ia sudah memberikan rekomendasi kepada Khofifah dan Emil.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Keputusan Prabowo itu juga perlu dimaklumi, karena Khofifah bersikukuh menggandeng Emil kembali sebagai cawagub. Berkali-kali Khofifah menyatakan di depan publik bahwa dirinya merasa nyaman duet dengan Emil dalam pilgub. Apalagi dalam Pilpres 2024 Khofifah all out mendukung Prabowo Subianto.
Kini tingal PKB dan PDIP yang bersikukuh tak mau – atau belum – mendukung Khofifah-Emil. Bahkan elit PKB dan PDIP dikabarkan sudah menjalin komunikasi untuk mengusung cagub dan cagub sendiri. Di luar Khofifah-Emil.
Berarti PKB dan PDIP akan membuat poros baru dalam Pilgub Jatim. Ini tentu menarik. Apalagi Jazilul Fawaid, Wakil Ketua Umum PKB, menyatakan, salah satu alasan membuat poros baru agar Khofifah-Emil tidak melawan bumbung kosong. Tentu banyak lagi alasan PKB untuk mengusung cagub-cawagub sendiri.
Baca Juga: Viral Rencana Saksi Paslon 02 Diberi CTM, dr Jibril Kecam Penyalahgunaan Obat untuk Kecurangan
PDIP juga punya sikap politik yang sama. Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah memang sudah bertemu Khofifah. Namun hasilnya tak sesuai harapan, karena Khofifah tetap bersikukuh akan berpasangan dengan Emil.
Saat bertemu Khofifah, Said Abdullah dikabarkan sempat menawarkan kader-kader PDIP sebagai cawagub. Di antaranya Ahmad Fauzi yang kini menjabat Bupati Sumenep.
Selama ini Ahmad Fauzi sempat menebar poster di beberapa tempat dengan jargon “Penerus M. Noer”. Yaitu Gubernur Jawa Timur asal Madura yang sangat legendaris.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Tapi Khofifah bergeming. Ia tetap bersikukuh akan maju pilgub bersama Emil. Karena itu PDIP bakal mengusung cagub dan cawagub sendiri.
Said Abdullah menyadari, tak mudah melawan Khofifah di Jawa Timur. Kekuatan Khofifah sangat luar biasa. Bahasa kasarnya, dipasangkan dengan kambing pun diyakini akan menang.
Tapi Said Abdullah tak punya pilihan lain. Ia mengaku punya kewajiban untuk menjaga marwah partai (PDIP). Menurut dia, PDIP sebagai partai pemenang kedua di Jawa Timur sangat naif jika tak mengusung calon gubernur atau calon wakil gubernur kader sendiri. Artinya, kalah atau menang tetap akan mengusung calon gubernur atau wakil gubernur.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
Memang, baik PKB maupun PDIP tampak kesulitan figur atau kader untuk ditampilkan sebagai cagub-cawagub melawan Khfofifah. Kini wacana yang berkembang atau dikembangkan adalah duet Kiai Marzuki Mustamar-Tri Rismaharini.
Tapi banyak pihak meragukan. Bukan saja ragu terhadap kemenangannya tapi juga ragu terhadap keseriusan PKB dan PDIP untuk benar-benar mengusung pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Malang dan Menteri Sosial RI itu.
Kenapa? Pertama, Kiai Marzuki Mustamar adalah “kiai murni”, yaitu kiai pengasuh pondok pesantren yang tak pernah aktif dalam politik praktis. Sehingga kecil kemungkinannya beliau berkenan terseret dalam pusaran politik praktis.
Baca Juga: PDIP Situbondo Siap Kawal Pemerintahan Baru
Buktinya, hingga sekarang beliau belum pernah memberikan pernyataan politik sama sekali. Bisa saja sikap diam itu bagian strategi. Terutama untuk tes ombak.
Tapi melihat background Kiai Marzuki yang “murni kiai” tampaknya sulit bertarung dalam politik praktis. Apalagi dalam skala regional sekelas gubernur yang sedikit-banyak membutuhkan keterampilan birokratis.
Kedua, Kiai Marzuki Mustamar sudah tidak menjabat sebagai Ketua PWNU Jawa Timur. Otomatis relasi politik dengan para kiai NU sangat berkurang. Apalagi kini terjadi polarisasi politik cukup tajam di tubuh NU.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
Nah, otomatis tak bakal ada kekompakan dalam NU untuk Calon Gubernur Jawa Timur. Sebaliknya, Khofifah justru Ketua Umum PP Muslimat NU. Yang hingga sekarang - diakui atau tidak - sangat solid.
Saya masih ingat saat Ketua PWNU Jatim KH Ali Maschan ikut running dalam Pilgub Jatim 2008. Pengasuh Pondok Pesantren Asmaul Husna Wonocolo Surabaya itu menjadi cawagub dari cagub Soenarjo.
Pak Naryo – panggilan akrab Soenarjo – adalah tokoh Golkar yang pernah menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur dan Wakil Ketua DPRD Jatim.
Saat itu tokoh pers nasional Dahlan Iskan langsung bertanya kepada saya. Pertanyaannya sangat menggelitik. Apa benar Pak Kiai Ali Maschan mau menjadi Cawagub Jatim.
"Kan lebih mulia jadi Ketua PWNU Jatim ketimbang jadi wakil gubernur,” kata Abah Dahlan – panggilan akrab mantan menteri BUMN itu di kalangan wartawan.
Saat itu elektabilitas Soenarjo-Ali Maschan sempat lumayan. Tapi kalah suara dengan Khofifah yang maju sebagai calon gubernur pada detik-detik terakhir, tepatnya enam bulan sebelum pencoblosan.
Ketiga, dari segi elektabilitas, Kiai Marzuki jauh di bawah Khofifah Indar Parawansa. Jika dipaksakan niscaya endingnya bisa ditebak.
Keempat, maukah Risma jadi wakil gubernur dari cagub Kiai Marzuki Mustamar? Bukankah dari segi pengalaman birokrasi dan politik, Risma jauh lebih pengalaman daripada Kiai Marzuki Mustamar?
Tapi - sekali lagi - lain lagi kalau untuk menjaga marwah partai. Terutama untuk menjaga perasaan dan kepercayaan konstituen.
Maka kalah atau menang tetap mengusung cagub-cawab.
Wallahua'lam bisshawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News