Bersama Syekh Afeefuddin Al-Jailani di Masjid Al Akbar, Khofifah Ajak Masyarakat Bangun Akhlak Mulia

Bersama Syekh Afeefuddin Al-Jailani di Masjid Al Akbar, Khofifah Ajak Masyarakat Bangun Akhlak Mulia Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, saat memberi sambutan.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ketua Umum PP yang juga Gubernur Jatim periode 2019-2024 secara khusus mengundang Pemegang Utama Mutawalli Masjid & Maqam Sultanul Aulia Al Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani yaitu Assyeikh Assayyid Afeefuddin Al-Jailani dalam Kajian Akhlak & Sholawat di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Jumat (16/8/2024).

Kajian ini direncanakan akan digelar secara rutin ba’da salat Jumat dengan frekuensi 2 bulan sekali mendatangkan langsung Syekh Afeefuddin yang berasal dari Baghdad, Irak, itu.

“Tentu ini sebuah kesempatan istimewa bahkan ada banyak masyarakat yang datang dari luar daerah khusus untuk mendengarkan kajian dari beliau. Insya allah Kajian Akhlak bersama Syekh Afeefuddin ini akan dilakukan setiap dua bulan sekali secara hybrid,” kata .

Dijelaskan olehnya, sosok Syekh Afeefuddin adalah sosok yang begitu kuat di Baghdad yang membawahi maktabah alqodiriyah dan juga lembaga pendidikan yang ada di kawasan Makbaroh dan masjid Syekh Abdul Qadir Jailani.

“Mudah-mudahan beliau bisa terus hadir bersama kita untuk menyampaikan ajaran akhlak sebagaimana semangat yang beliau selalu gaungkan yaitu my morality my religion, my religion my morality yaitu Agamaku akhlakku, akhlakku agamaku,” ujarnya.

Lebih lanjut kajian perdana kali ini dikatakan cukup istimewa karena digelar sehari sebelum peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-79. Diharapkan kajian ini ikut serta membangun dan menguatkan karakter dan moral bangsa Indonesia.

“Yang namanya iman memang bisa bertambah dan berkurang. Maka dari itu betapa penting sebuah siraman rohani, siraman spiritual terus dilakukan untuk menguatkan dan menambah keimanan kita semua. Semoga majelis ini menjadi majelis yang dirahmati Allah sehingga kita mendapatkan ilmu yang barokah,” tuturnya.

Di sisi lain, di kajian perdana ini, Syekh Afeefuddin membuka ceramahnya dengan pentingnya sebuah akhlak bagi seorang manusia dan juga bagi kehidupan di dunia. Bahkan ditegaskan Syekh Afeefuddin, inti dari Islam sendiri juga adalah tentang akhlak.

“Tema akhlak adalah tema umat Islam. Karena intisari dari Islam adalah akhlak. Oleh sebab itu Allah tidak memberikan sifat pada Rasulullah dengan ungkapan dia adalah ahli puasa dan ahli ibadah. Melainkan Allah memberikan padanya Rasulullah adalah ahli sifat ahli akhlaq yang baik,” tegasnya.

Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa kalau dalam masalah ibadah adalah hubungan manusia dengan Allah. Namun dalam muamalah adalah hubungan manusia dengan hak orang lain. Dan ditegaskannya Allah memberikan pahala disana agar manusia bersikap baik pada manusia yang lain.

Ditegaskan Syekh Afeefuddin, manusia harus memiliki akhlak yang baik untuk kemudian diterapkan dalam hubungan dengan manusia yang lain. Oleh sebab itu dikatakan dalam Islam adalah anjuran untuk beramal saleh, yang mana beramal saleh pada orang lain itu yang menciptakan kemanusiaan di dunia.

Tidak sampai di sana, Syekh Afeefuddin kemudian memberikan nasihat tentang tiga amalan yang harus diterapkan umat Islam sebagai pemilik karakter dan akhlak yang baik.

“Suatu ketika ada orang saleh yang memberikan nasihat pada anaknya. Wahai anakku, katanya, dalam hidup kamu harus mengetahui tentang tiga hal ini dan harus kamu amalkan dalam kehidupan sehari-hari,” ucap Syekh Afeefuddin.

“Yang pertama, makanlah dengan makanan yang terbaik. Kedua, tidurlah di tempat terbaik juga. Dan ketiga tinggallah juga di tempat yang terbaik. Kemudian anak ini bertanya pada sang ayah. Wahai ayah bagaimana aku bisa makan, tidur dan tinggal di tempat terbaik sementara kita ini orang yang tak mampu,” imbuhnya.

Syekh Afeefuddin kemudian menjelaskan bahwa nasihat sang ayah pada anaknya tersebut bukan karena mereka adalah keluarga yang kaya. Dan kata terbaik dalam tiga hal itu bukan dalam arti secara materi melainkan ada nilai di dalamnya.

“Jika engkau makan dalam kondisi lapar, maka makanan yang kamu makan itu akan jadi makanan terenak. Sama seperti ketika kamu puasa dan berbuka, maka makanan didepanmu saat buka itulah makanan yang terbaik,” terang Syekh Afeefuddin.

Begitu juga untuk nasihat yang kedua, tidurlah di tempat yang terbaik. Bukan berarti harus tidur di tempat yang penuh dengan kemewahan. Melainkan jika sesorang datang dari pekerjaan yang sangat melelahkan, dan pulang usai kerja dengan begitu kerasnya. Kemudian orang tersebut mengistirahatkan badan, hati dan pikiran mereka di tempat tidur untuk maka itulah tempat tidur yang paling baik.

“Seperti orang haji, setelah dari arafah untuk mabit maka tidurnya sangat lelah bahkan sepeti tidurnya ahlu kahfi. Bahkan mereka kadang tidur dalam kondisi berdiri,” ujarnya.

Begitu juga yang nasihat yang ketiga, tinggallah kamu di tempat tinggal yang terbaik. Bukan berarti harus tinggal di rumah besar dan mewah. Bukan juga harus rumah yang di dalamnya ada emas dan berlian.

“Tapi maksudnya adalah jika kau berbuat baik pada orang lain, dan orang itu kemudian mencintaimu, maka di saat itu kamu akan tinggal di tempat yang paling enak di dunia ini,” kata Syekh Afeefuddin. (dev/mar)

Lihat juga video 'Gila NU dan Orang NU Gila, Anekdot Gus Dur Edisi Ramadan (16)':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO