SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Angka pengangguran di Indonesia masih sangat mengerikan. Sebanyak 7.000.000 warga Indonesia tak punya pekerjaan. Namun Pemerintah Indonesia kini justru mempermudah tenaga kerja dari luar negeri terutama dari Cina. Akibatnya, tenaga kerja asal Cina itu bersaing dengan tenaga kerja Indonesia sendiri. Kini, di tengah kelangkaan lapangan kerja dan bayang-bayang PHK akibat krisis ekonomi, masalah tenaga kerja asal Cina ini jadi sorotan nasional.
Lalu di mana saja pekerja asal Cina itu bekerja? Ternyata Jawa Timur merupakan propinsi terbanyak dalam mempekerjakan tenaga asing asal Cina. Mereka bukan hanya tenaga terampil yang punya keahlian tapi juga banyak tenaga kasar seperti tukang sapu, cleaning service dan sebagainya. Jumlah mereka juga mengagetkan. Sudah ribuan pekerja kasar asal Cina itu bekerja di Jawa Timur.
Baca Juga: Menaker Ida Fauziah Hadiri Soft Launching SMK Asy-Syarif Mitra Industri Mojokerto
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Jawa Timur Sukardo mengatakan, dari sekitar 4.600 pekerja asing yang bekerja di beberapa proyek pembangunan infrastruktur di Jawa Timur, didominasi pekerja asal negeri Cina.
“Mereka memang tenaga kerja asing resmi, memiliki izin kerja yang diperpanjang setiap tahun,” kata Sukardo, Selasa, 1 September 2015. Selain izin kerja, mereka memiliki izin tinggal dalam jangka waktu tertentu dan ditarik retribusi.
Menurut Sukardo, selain asal Cina, juga Hong Kong dan Taiwan. Jenis pekerjaan mereka bermacam-macam. Bukan hanya sebagai tenaga ahli atau spesialis, tapi juga tukang sapu (cleaning service) keliling, hingga buruh bangunan.
Baca Juga: Pekerja Wajib Tahu, Cuti Bersama Idul Adha 2023 Bersifat Pilihan
Sukardo mengatakan, tenaga kerja asal Cina tersebar di sejumlah daerah, seperti Mojokerto, Tuban, Pasuruan, dan sekitar Surabaya. “Yang di Mojokerto, saya belum dapat informasi mereka bekerja di pabrik apa,” ujarnya.
Sukardo menjelaskan, pihaknya sudah menugaskan tim pengawas untuk mengecek secara langsung keberadaan dan status izin tenaga kerja asing. Tim pengawas bertindak sebagai negosiator.
Mereka akan mengecek apakah para tenaga kerja asing, termasuk asal Cina, berada di Indonesia, khususnya Jawa Timur, sebagai pekerja atau turis.
Baca Juga: Cak Imin Sowan Kiai Asep, Didampingi Menaker, Mendes PDTT, Waket MPR, Ternyata Ini yang Dibicarakan
“Kalau ditemukan tenaga kerja asing yang ilegal, kami deportasi, bahkan diserahkan penanganannya kepada aparat kepolisian bila ada tindak pidana,” ucap Sukardo, sembari mengatakan tindakan serupa juga diberlakukan kepada pekerja asal Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Pengawasan terhadap tenaga kerja asing, kata Sukardo, penting dilakukan agar tidak merugikan tenaga kerja lokal. Namun, dia belum mendapat laporan hasil kerja tim pengawas hingga sekarang.
Padahal Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang sering didatangi tenaga kerja asing asal Cina. Sukardo mencontohkan pengerjaan proyek Jembatan Suramadu, yang menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura. “Tukang mengaduk kopi pun didatangkan langsung dari Cina,” ujarnya.
Baca Juga: Habis Wadas, Terbitlah Permen JHT Ida Fauziah, Bakal Ditolak Ramai-Ramai
Di Tuban juga begitu. Tenaga kerja asing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Awar-awar, Tuban, Jawa Timur, sebagian besar berasal dari Cina. Mereka didatangkan pada 2007 untuk menangani hal-hal teknis, mulai pemasangan alat, operasional, hingga perawatan.
Data Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Tuban menyebutkan jumlah pekerja di proyek PLTU Tanjung Awar-awar sebanyak 791 orang. Dari jumlah tersebut, 343 pekerja lokal, 384 orang dari luar Tuban, dan 64 tenaga asing.
Khusus tenaga kerja asing, 63 di antaranya berasal dari Cina, sementara satu sisanya dari Jerman. Para tenaga kerja asing tersebut punya keahlian di bidang kelistrikan dan konstruksi bangunan serta merupakan konsultan.
Baca Juga: Menteri Ida Fauziyah Serahkan Bantuan Program TKM Kemenaker
Menurut juru bicara Pemerintah Kabupaten Tuban, Teguh Setyo Budi, pendataan pekerja di PLTU Tanjung Awar-awar dilakukan tiap satu semester. “Memang tertinggi dari Cina,” ujarnya, Selasa, 1 September 2015.
PLTU Tanjung Awar-awar berada di Desa Wadung, Kecamatan Jenu. Di lokasi proyek seluas 80 hektare tersebut, para pekerja menginap di asrama. Adapun pekerja asing menempati bangunan di kompleks PLTU. "Kalau pekerja yang rumahnya di Tuban, biasanya tidak menginap," tutur Teguh.
Juru bicara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Pembangkit Jawa Bali III Tanjung Awar-awar, Warsidi, mengatakan pekerja asal Cina sistemnya keluar-masuk. Mereka datang dan pergi sesuai dengan permintaan PLN pusat. ”Disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan,” ucapnya.
Baca Juga: Kunjungi PT Smelting, Menaker Dorong Penghapusan Pelecehan Seksual dan Diskriminasi di Tempat Kerja
Pemakaian pekerja asal Cina, ujar Warsidi, dilakukan karena proyek tersebut bekerja sama dengan pemerintah Negeri Tirai Bambu. Mulai pengadaan peralatan, pemasangan, perancangan, pengoperasian, hingga perawatan ditangani tenaga ahli dari Cina.
Sejak uji coba hingga dioperasikan, peralatan PLTU yang berada di pesisir Tuban itu di bawah penanganan langsung tenaga ahli dari Cina. "Ibaratnya kita beli peralatan sekaligus tenaga ahlinya," tutur Warsidi. “Yang terpenting, mereka menularkan ilmunya ke pekerja di sini." (tempo dan berbagai sumber)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News