SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Banyak masyarakat yang tidak tahu akan dampak dari pengentalan darah/darah kental. Padahal darah kental menjadi parameter terhadap semua masalah kesehatan yang berhubungan dengan pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi, kolesterol LDL, HDL rendah, diabetes tipe-II, sindrom metabolik, obesitas, merokok, keguguran, dan penuaan usia.
Darah kental adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan peningkatan kepekatan darah yang tidak biasa. Jika seseorang merasa sering kesemutan, nyeri kepala, migrain, kram, hilang keseimbangan (vertigo), leher kaku, sesak napas, nyeri dada, nyeri tengkuk, mudah lelah, kaki terasa kebas, keringat dingin, gemetar serta keguguran berulang-ulang pada kaum wanita, bisa jadi orang tersebut mengalami kekentalan darah.
Baca Juga: Peserta JKN di Ngasem Kediri Tunjukkan Kiat Sehat dengan Olahraga
Darah kental bisa disebabkan berbagai faktor antara lain keturunan (genetic), pola makan salah (tinggi lemak, tidak variatif, tinggi gula), kurang minum air putih, kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol, kurang olah raga serta polusi lingkungan.
Kekentalan darah itu sendiri juga dapat terjadi karena tubuh kekurangan cairan darah sehingga sel-sel darah merah mudah melekat satu sama lain, lalu membentuk thrombosis (penyumbatan pada pembuluh darah), akibatnya aliran darah ke seluruh tubuh menjadi tidak lancar.
Project Coordinator Suplemen Enzim CNI Royalzim, Pranoto mengemukakan beberapa penyakit yang dapat timbul karena masalah darah kental seperti, arteoklorisis yaitu penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak. “Migrain dan stroke keduanya berhubungan erat dengan kekentalan darah, stroke terjadi ketika pembuluh darah tidak dapat menyalurkan oksigen ke otak. Keguguran dikarenakan tidak cukupnya suplai oksigen/nutrisi ke otak yang dapat menyebabkan keguguran pada janin,” jelas Pranopto.
Baca Juga: Terbantu Kacamata Gratis, Didik Warga Kota Kediri Puas dengan Layanan JKN
Selain itu, lanjutnya, kekentalan darah juga dapat menyebabkan jantung koroner, masalah di pembuluh darah koroner dan memicu serangan jantung. Tanda-tanda serangan jantung antara lain ditandakan dengan nyeri dan sesak pada dada, bahu, leher serta dagu sebelah kiri (angina), merasakan sensasi panas seperti tebakar pada dada, kepala pusing dan mual-mual, serta napas pendek/cepat lelah dan sering berkeringat.
“Dibutuhkan enzim untuk mengatasinya. Seperti Well 3 Royalzim yang memberikan tambahan asupan enzim di dalam tubuh. Kandungan enzim kompleks di dalamnya yang berjenis enzim fibrinolytic yang dihasilkan dari biji-bijian memiliki kandungan enzim 470% lebih tinggi dari bahan-bahan lainnya. Kategori enzim ini mampu membantu mengikis plak-plak kolesterol yang menyebabkan darah kental dan membuat pembuluh darah kita berjalan normal,” urainya.
Enzim-enzim fibrinolytic di antaranya yaitu enzim papain (pepaya), enzim bromelain (nanas) dan enzim nattokinase (kacang putih dan kacang kedelai). Penelitian Prof Chau Chi Fai, seorang pakar enzim ternama dari Taiwan telah membuktikan enzim fibrinolytic mampu menurunkan kolestrol hingga 16.6%.
Baca Juga: Ingin Melahirkan Normal Tanpa Rasa Sakit? RSU Kusuma Pamekasan Perkenalkan Metode ILA WELA
Prof Chau Chi Fai mengemukakan, kandungan kompleks royalzim dibuat dari 11 bahan ekstrak buah dan sayur-sayuran dengan teknologi MENEP (Metabolic Enzyme Nutrient Exchange Process). Teknologi MENEP mengkatalis nutrisi dan enzim dalam biji-bijian. Proses ini menrehidrasi biji-bjian selama delapan jam untuk mendapatkan enzim dan nutrisi maksimum sampai 470% yang kandungannya tidak mampu didapatkan di makanan yang kita konsumsi sehari-hari.
Berdasarkan uji laboratorium Department of Food Science and Biotechnology, National Chung Hsing University di Taiwan oleh Prof Chau Chi Fai, teknologi MENEP terbukti menambah keaktifan enzim sehingga memiliki keunggulan seperti menurunkan kadar kolestrol di tubuh sampai 17%, meningkatkan jumlah bakteri lactobacillus sebanyak 9,6% yang berguna sebagai antitumor dan antikanker, proses pembuangan yang jauh lebih baik dan berkualitas, serta menurunkan risiko peradangan sebanyak 9,4%. (nis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News