NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Musim hujan menjadi momok bagi para petani bawang merah di Desa Mojorembun Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk.
Para petani terpaksa melakukan panen lebih awal lantaran tanaman bawang merah mereka diserang penyakit dampak musim hujan.
Baca Juga: Antisipasi Hama Wereng dan Jamur, ini yang Dilakukan Petani di Desa Sambirejo Nganjuk
Warsito, salah satu petani di Desa Mojorembun, mengatakan panen dini harus dilakukan di saat tanaman bawang merah baru berumur 45 hari, untuk meminimalisasi kerugian.
"Jika dipaksa panen di umur 50-65 hari saat musim hujan, bawang merah bisa busuk dan gagal panen," ucap Warsito, Selasa (28/1/2025).
Tanaman bawang merah yang sudah dipanen, lanjut Warsito, nantinya akan dijadikan bibit untuk ditanam kembali di bulan Mei untuk meminimalisasi pengeluaran modal.
Baca Juga: Dorong Petani Sejahtera dengan Pupuk Organik Cair, Paslon Muhibbin-Aushaf Gelar 'Sambang Tani'
Ia mengungkapkan, bahwa selama ini para petani berupaya untuk mengatasi penyakit dengan menggunakan obat insektisida dan fungisida. Namun, harganya yang mahal membuat pengobatan tidak maksimal.
"Untuk pengobatan lahan 100 hektare, petani menyiapkan modal sebesar Rp1-2 juta. Modal tersebut sudah termasuk pupuk, pengolahan tanah, dan para pekerja," terangnya.
Warsito mengatakan saat musim hujan seperti ini, hasil panen petani bawang merah hanya bisa 3-5 kuintal, turun drastis dibanding biasanya yang mencapai 1 ton.
Baca Juga: Ciptakan Nganjuk Adaptif dan Inovatif, Aushaf Fajr Dorong Peran Pemuda
"Rata-rata petani di sini menanam di labuhan pertama untuk disimpan dan dijadikan benih untuk ditanam di bulan Mei," ungkapnya.
Diakuinya, harga bawang merah saat musim hujan memang lebih mahal saat musim hujan.
"Harga bawang merah relatif lebih tinggi di musim penghujan dari pada musim kemarau, karena perawatan yang ekstra serta modal yang tinggi," pungkasnya.
Baca Juga: Komunitas Petani Brambang Nganjuk Deklarasi Dukungan untuk Aushaf Fajr Jadi Calon Bupati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News