Tafsir Al-Anbiya' 92-94: Tak Ada Amal Sia-Sia

Tafsir Al-Anbiya Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i.

Wa taqatta’u amrahum bainahum”. Sayang, sikap mereka berbeda-beda. Maksudnya, tidak semua menyikapi dakwah para utusan Tuhan itu dengan lapang dada dan tulus menerima. Kebanyakan ingkar dan menentang dengan berbagai gaya dan tindakan.

Masing-masing pasti dihadirkan kelak di hadapan Tuhan dan akan mendapatkan imbalannya. Tidak satu pun ada yang bisa menghindar dari pengadilan Tuhan tersebut. Mereka yang dulu berlagak dan bersombong langsung lemas dan merunduk di hadapan Tuhan. “Kull ilaina raji’un”.

Tidak hanya itu, semua perbuatan manusia, sekecil apapun pasti didokumenkan oleh Tuhan dengan baik dan valid. Semua pelakunya, satu per satu dihadirkan di hadapan Tuhan untuk memeriksa catatan amal masing-masing. Dan tidak ada bahasa lain kecuali mereka hanya pasrah.

Ya, karena buku catatan tersebut sungguh benar dan berdata lengkap. Tentu saja, karena Tuhan sendiri yang mendokumenkan, “Wa inna lah katibun”.

Lagian, “fa La kufran li sa’yih”. Tidak pernah ada amal manusia yang terlewatkan tanpa terdokumenkan, tanpa imbalan maupun balasan.

Dari siratan ayat kaji ini menunjukkan, bahwa Allah SWT itu selalu mengarahkan kamera ke tubuh kita terus-menerus tanpa pernah terhenti. Untuk itu, saran pada awal ayat kaji ini (94) menunjuk agar kita selalu beramal kebajikan, “ya’mal min al-shalihat”. Ya, agar tayangan kita nanti menggembirakan.

Seperti saat di dunia ini, kita tidak senang, bahkan malu jika tayangan kita buruk, action kita jelek, wajah kita sedang kumus-kumus dan baju kita kotor. Maka, cenderung dihapus saja agar tidak membebani. Berbeda saat hasil rekaman kita bagus, wajah bersih dan action-nya modis.

Pasti ada rasa bangga ketika foto atau dokumen kita bersama orang gedean dan top, atau bersama orang yang kita idolakan.

Hal yang tidak sama ketika kita berfoto, difoto bersama orang-orang brengsek yang sedang berbuak onar atau maksiat. Meski tidak ikut, hati kita tidak nyaman dan takut disangka teman mereka.

Dan tayangan paling indah adalah saat anda “bersujud” di hadapan-Nya. Apa anda tidak menyesal, apa tidak malu jika hasil rekaman anda penuh dengan dokumen kekita anda berlama-lama nongkrong di kafe, di tempat dugem, tempat maksiat, semalaman main bola sodok?