
"Ketika ketahanan daerah Jawa Timur goyah, maka dampaknya pun akan terasa se-Indonesia. Ketika Jatim bersin, droplet nya bisa sampai ke wilayah lain," tegasnya.
Oleh sebab itu, Gubernur Khofifah kembali menegaskan pentingnya seluruh pimpinan perangkat daerah Jatim untuk menjadi pemimpin yang berkarakter, komprehensif dan adaptif.
"Utamanya di era disrupsi dan dinamika geopolitik global. Seluruh perangkat daerah harus bisa peka dalam membaca kondisi terkini baik nasional dan internasional," pesannya.
"Perkuat karakter kebangsaan di masing-masing diri, jadilah seorang birokrat yang berkarakter unggul berintegritas demi Jawa Timur yang semakin maju," pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily mengatakan Gubernur Khofifah sangat cepat tanggap dan menjadi yang pertama di Indonesia mengadakan Retreat.
“Ini menunjukkan betapa pentingnya membangun visi dan kolaborasi untuk memastikan bahwa pembangunan di Jatim searah dengan pemerintah pusat,” katanya.
Ia berpesan, tantangan yang dihadapi oleh Jawa Timur dan seluruh dunia di tengah era disrupsi saat ini tidaklah mudah. Sehingga perlu upaya bersama yang didukung seluruh perangkat daerah guna memanfaatkan peluang dengan baik.
"Jadilah pemimpin yang mampu menerjemahkan semua perintah Gubernurnya. Ini tentu akan mempercepat upaya perwujudan ketahanan daerah," pesannya.
"Teruslah berkarya menjaga ketahanan nasional di Jawa Timur demi terwujudnya Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045," pungkasnya.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Sekretaris Daerah Prov. Jatim Adhy Karyono, jajaran Lemhanas RI serta 72 orang peserta Jatim Retreat 2025 yang merupakan pejabat pimpinan tinggi di lingkungan Pemprov Jatim. (dev/van)