BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Sebuah minibus bernomor polisi S 7536 AA warna oranye ditabrak kereta api barang di Jalan HOS Cokroaminoto Minggu (18/10) sekitar pukul 12.00 wib. Minibus itu membawa 16 penumpang dari jamaah tareqat Syadziliyyah dan satu sopir.
Akibat kecelakaan ini, tiga jamaah meninggal dunia yaitu Suprayitno, Ali Nur Hidayat, M Hamdan. Ketiga jenazah dibawa ke RSUD Sosodoro Djatikusumo. Sedangkan 13 jamaah yang mengalami luka ringan dan berat antara lain Muktasam, Busiawati, Sulinawati, Abdul Rozak, M Khoirudin, Alfi, Khoirusi istri Hamdan, Anak Perempuan Hamdan, anak laki-laki Hamdan, Wikianto, dan Muslih. Sopir minibus, Ali Parsim juga terluka luka ringan dan dirawat di RS Wahyu Tetuko Bhayangkara.
Baca Juga: Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah
Menurut saksi mata yang melihat langsung peristiwa itu, Sugeng, pada saat kereta menabrak, tak ada bunyi sirine sebagai peringatan kepada pengendara yang akan melintas rel, palang pintu rel juga tidak ditutup oleh petugas.
"Saya tahu setelah mendegar suara bruk. Lalu mobil itu ngguling. Sebelumnya palang pintu masih terbuka," ujar Sugeng.
Kondisi minibus ringsek di bagian belakang sebelah kiri, pintu penumpang belakang sebelah kiri juga ringsek, kaca depan dan belakang minibus pecah. Bamper mobil yang terdapat plat nomor polisi lepas dari badan mobil. Setelah kereta menabrak bagian belakang sebelah kiri minibus, palang pintu baru bergerak menutup perlintasan.
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza
Sugeng adalah penjual es degan di trotoar berjarak sekitar 20 meter dari perlintasan. Saat di stan dagangannya, Sugeng bersama beberapa warga lainnya. Sugeng dan warga terkejut ketika mendengar suara keras kereta menabrak minibus. Minibus itu terguling, posisinya berada di atas rel sebelah rel yang dilintasi kereta barang. “Kami terkejut lalu menoleh ke rel, di sana, mobil sudah terguling,” katanya.
Saksi mata lainnya, Eka senada dengan Sugeng. Eka yang saat peristiwa berlangsung berjarak beberapa meter saja dari rel. Eka melihat minibus terguling beberapa kali dan akhirnya berhenti ketika minibus berada di atas rel lainnya. “Saya tadi melihat setelah mobil itu ditabrak, langsung terguling beberapa kali,” katanya.
Kata Eka, minibus datang dari arah utara ke selatan dengan laju kendaraan pelan. Sedangkan kereta api dari arah timur ke barat di rel sebelah utara. Tak ada kerusakan di palang pintu perlintasan kereta.
Baca Juga: Berangkatkan Jalan Sehat Hari Koperasi di Bojonegoro, Khofifah: Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Sementara itu, penjaga palang pintu perlintasan kereta api, Lilik Purwanto membantah tidak menutup palang pintu ketika kereta lewat. Ia malah menyalahkan sopir minibus yang menerobos palang pintu. “Intinya, mobil itu menerobos, saya sudah menutup,” katanya.
Jamaah Sadziliyah dari Bojonegoro itu rencananya akan ikut haul di Pondok Pesantren Pesulukan Tareqat Tulungagung (Peta) di Tulungagung tadi malam. Seorang jamaah yang menjadi korban tabrakan, Muhammad Fadholi mengungkapkan, asal para jamaah beragam, ada yang dari Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora dan warga Bojonegoro. Jamaah yang berangkat menaiki dua mobil, satu mobil Kijang yang ditumpangi jamaah lain selamat.
“Yang naik minibus, saya beserta jamaah lain dan empat anak-anak,” kata Fadholi yang terlihat tabah mendapat cobaan tersebut saat ditemui di RS Wahyu Tutuko Bhayangkara.
Baca Juga: Baru Sebulan Musim Kemarau, Satu Desa di Bojonegoro Sudah Terdampak Kekeringan
Fadholi yang duduk di sebelah kiri sopir mengaku tak melihat secara langsung kereta menabrak minibus yang ditumpangi. Namun, ia memastikan, ketika minibus lewat, palang pintu belum ditutup oleh penjaga.
“Saya tidak melihat pintu (palang pintu) ditutup, tiba-tiba kereta menabrak, tapi saya tidak ingat bagaimana kejadiannya,” kata Fadholi sembari mengelus-elus kepala bocah di pangkuannya.
Sementara itu, sopir minibus, Ali Parsim (56) mengaku, ketika melintasi kereta api, palang pintu tak ditutup, tak ada juga bunyi sirine peringatan. Karena tak ada tanda-tanda kereta melintas, ia pun melanjutkan perjalanannya.
Baca Juga: Ratusan Jemaah MCA Bojonegoro Gelar Salat Iduladha dan Sembelih Hewan Kurban Hari ini
Ali menceritakan, ketika melintas rel, palang pintu tidak ditutup. Melihat palang pintu terbuka, ia meneruskan melewati rel. Lagipula, saat itu, di depannya ada sepeda motor yang juga lewat. Namun, ketika sudah di rel, tiba-tiba terdengar suara keras berbunyi, “Duerrrrr. Mobil saya ditabrak, tapi saya tidak sadar,” katanya.
“Saya sadar waktu sudah bantalan rel, tapi tidak tahu digotong orang ke luar dari mobil atau tidak,” ujar pria asal Desa Sumberejo, Kecamatan malo, Bojonegoro ini.
Sementara itu, Kasatlantas Polres Bojonegoro, AKP Anggie Saputra belum bisa memastikan siapa yang salah penyebab kecelakaan tersebut. Anggie mmebutuhkan waktu untuk menyelidiki.
Baca Juga: Pasar Desa Pungpungan Bojonegoro Dihebohkan Penemuan Mortir, Ternyata...
"(Kalau nanti penjaga palang pintu bersalah) Tentunya bisa dihukum. Kami masih mendalami," katanya. (uya/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News