
JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus bergolak dan memanas. Terutama akibat kehadiran Guru Besar Stanford University Amerika Serikat Peter Berkowitz dalam acara Akademi Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (AKN). Berkowitz yang dikenal pro zionis itu hadir sebagai pembicara atas undangan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
Gus Yahya sudah minta maaf. Tapi akumulasi problem di PBNU – termasuk konflik keras antar pengurus PBNU – menyebabkan kiai-kiai NU resah. Informasi yang diterima BANGSAONLINE, Jumat (26/9/2025), sore ini para kiai perwakilan mustasyar PBNU, PWNU dan lainnya akan bertemu Rais ‘Aam Syuriah PBNU KH Miftachul Akhyar.
Untuk apa? “Kabarnya minta pertimbangan atau persetujuan untuk menghentikan Gus Yahya,” tutur sumber BANGSAONLINE tersebut sembari mengatakan bahwa pertemuan Kiai Miftah dengan para kiai itu direncanakan digelar habis maghrib.
Nah, di tengah berita panas itu muncul surat terbuka Prof Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) yang ditujukan kepada Rais ‘Aam Syuriah PBNU KH Miftachul Akhyar. Gus Nadir, mantan Ra'is Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Australia dan Selandia Baru mendesak Kiai Miftah – panggilan Kiai Miftachul Akhyar – agar mencopot atau membekukan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dari jabatannya sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU.
“Saat ini, Jam’iyah Nahdlatul Ulama sedang menghadapi situasi sulit dan berbagai persoalan, sehingga roda organisasi tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Anda (Rais ‘Aam-Red) tentu lebih memahami dan berpengalaman tanpa perlu saya jelaskan panjang lebar,” demikian salah satu penggalan paragrap surat terbuka Gus Nadir yang disampaikan dalam Bahasa Arab.
“Anda—sebagai pemegang amanah tertinggi—telah dipilih oleh Jam’iyah dalam Muktamar Lampung tahun 2021 untuk berada di pucuk pimpinan bahtera besar ini, mengarahkan dan memperbaikinya,” lanjut surat Gus Nadir yang dalam konflik JATMAN (PBNU) vs JATMA (Habib Luthfi) disebut-sebut berada di pihak Habib Luthfi bin Yahya.
Namun, tegas Gus Nadir, hubungan antara Anda dengan Sekretaris Jenderal, serta dengan Ketua Tanfidziyah, tidak berjalan baik. Bahkan, dikabarkan bahwa Anda berulang kali enggan bertemu Ketua Tanfidziyah. Demikian pula hubungan Ketua Tanfidziyah dengan Sekretaris Jenderalnya dipenuhi perselisihan hingga menyebabkan mandeknya banyak pekerjaan dan keputusan organisasi.
Karena itu Gus Nadir mengusulkan agar Kiai Miftah selaku Rais ‘Aam bertindak tegas. Ia minta Gus Yahya dicopot. Gus Nadir minta Kiai Miftah menunjuk Prof Dr Muhammad Nuh sebagai petugas pelaksana Ketua Umum PBNU sampai Muktamar NU berikutnya, yaitu tahun 2027.
“Dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat, saya menyampaikan usulan tegas: agar Anda mengumumkan pembekuan tugas Saudara Yahya Cholil, dan menunjuk Prof. Dr. Muhammad Nuh—selaku Ketua Sidang Muktamar di Lampung—sebagai pelaksana tugas sampai Muktamar berikutnya tahun 2027. Saya memandang langkah ini sangat mendesak demi menjaga martabat dan kepentingan Jam’iyah, serta mengembalikan jalannya roda organisasi untuk kepentingan umat,” tulis surat Gus Nadir yang kini mengajar di Univesitas Melbourne Australia.
Di bawah ini BANGSAONLINE menurunkan surat terbuka Gus Nadir tersebut secara lengkap. Baik Bahasa Arab maupun Bahasa Indonesianya. Surat terbuka Gus Nadir ini beredar di grup-grup WhatsApp (WA) kiai NU, aktivis NU, guru besar NU, pengurus NU, kader NU kultural dan struktural.
رسالة مفتوحة إلى رَئِيسِ العَامِّ، جَمعِيَّة نَهْضَةِ العُلَمَاءِ
الحمدُ لِلَّهِ ربِّ العالَمينَ، الَّذي أنزلَ كتابَهُ المُبينَ على رسولِهِ محمَّدٍ الأمينِ صلّى اللَّهُ عليه وسلَّم، فشرحَ به الصُّدورَ ونوَّرَ بهِ بصائرَ الصالحينَ والعارفينَ، وجعلَهُ هدايةً للعالمينَ.
سماحةَ رَئِيسِ العَامِّ، وفَّقكمُ اللَّهُ لِما فيهِ الخيرُ والصلاحُ، وأسألُه أنْ يَمُنَّ عليكم بالصِّحَّةِ والعافيةِ، ويجعلكم سِراجاً مُنيراً للأمَّةِ الإسلاميَّة.
قال اللهُ تعالى:
﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴾ [النساء: 58].
وقال رسولُ الله:
«كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»
(رواه البخاري ومسلم).
إنَّ جَمعِيَّةَ نَهْضَةِ العُلَمَاءِ تمرُّ في هذهِ الأيَّامِ بظُروفٍ صَعبةٍ ومَشاكلَ مُتعدِّدةٍ، حتّى إنَّ العَجَلَةَ التَّنظيميَّةَ لَم تَعُدْ تَسِيرُ كما يَنبغي، ولَكُم مِنَ الإدراكِ والخِبرةِ ما يُغني عن بَياني وتَفصيلي.
وأنتم – أصحابَ المَقامِ والشَّرَفِ – قد حُمِّلتُم الأمانةَ العُظمى، مُنذُ أنِ اختارتكُم الجَمعِيَّةُ في مُؤتَمرِها في لَمبونغ سنةَ 2021، لتَكونوا على رأسِ هذهِ السَّفينةِ العريقةِ، تُوجِّهونَها وتُصلِحونَ شأنَها.
وقد قال الإمام ابن حجر الهيتمي الشافعي رحمه الله:
«تَرْكُ الإصلاحِ مع القُدْرةِ عليهِ خِذْلانٌ للأمةِ وخِيانةٌ للأمانةِ»
(الفتاوى الفقهية الكبرى، ج 4، ص 301).
لكنَّ العلاقةَ بينَكم وبينَ كاتِبِ العَامِّ، وكذا بينَكم وبينَ رَئيسِ التَّنفيذِيَّةِ، ليست على خيرٍ. بل نُقِلَ إلينا أنَّكم مراراً امتنعتم عن اللِّقاءِ برَئيسِ التَّنفيذِيَّةِ، كما أنَّ العلاقةَ بينَ رَئيسِ التَّنفيذِيَّةِ وأمينِها العَامِّ تَشُوبُها الخِلافاتُ، حتّى تعطَّلت الأَعمالُ والكَثيرُ منَ القراراتِ.
ومِن مَوقِفِ التَّواضُعِ والاحترامِ أَتقدَّمُ إليكم بِاقتراحٍ صَريحٍ: أنْ تُعْلِنوا تَجميدَ مَهامِّ السَّيد يَحيى خليل، وتُكلِّفوا الأُستاذَ الدُّكتور محمَّد نُوح – بصفته رَئيسَ جَلسةِ المُؤتَمرِ بِلَنبونغ – قائماً بالأَعمالِ إلى حينِ انعقادِ المُؤتَمرِ القادِم سنةَ 2027. وهذهِ خُطوةٌ أراها ضَروريَّةً لحِفظِ مَكانةِ الجَمعِيَّةِ ومَصْلَحتِها، ولإعادةِ تَسييرِ أَعمالِها بِما يَخدِمُ الأمَّةَ.
قال اللهُ تعالى:
﴿وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا﴾ [آل عمران: 103].
هذا ما أراهُ واجباً نُصحاً ومَحبَّةً، فاقبَلوهُ منِّي، وأسألُ اللَّهَ أن يُسدِّدَ خُطاكم، ويَجعلكم ذُخراً للإسلامِ والمُسلِمين.
اللَّهُمَّ اجعَلْ هذِهِ الجَمعِيَّةَ مِنبَراً للإصلاحِ، ومَنبعاً للهُدى، وحِصناً لوَحدةِ المُسلِمين. اللَّهُمَّ ألهِمْ رِجالَها رُشدَهُم، ووفِّقْ قادَتَها لما تُحِبُّهُ وتَرضاه، واصرفْ عنها الفِتنَ ما ظهرَ منها وما بَطَنَ، برَحمتِكَ يا أرحمَ الرَّاحمينَ.
والسلامُ عليكم ورحمةُ اللَّهِ وبركاتُه.
الحَقيرُ و الفَقيرُ
نادر شاه حسين
Surat Terbuka kepada Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang menurunkan kitab-Nya yang mulia kepada Rasul-Nya Muhammad al-Amin ﷺ. Dengannya Allah melapangkan dada, menerangi hati orang-orang saleh dan arif, serta menjadikannya petunjuk bagi seluruh alam.
Yang mulia Ketua Umum, semoga Allah memberikan taufik kepada Anda untuk segala kebaikan dan kemaslahatan, serta melimpahkan kesehatan dan keberkahan, menjadikan Anda cahaya penerang bagi umat Islam.
Allah Ta‘ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”*l
(HR. Bukhari dan Muslim)
Saat ini, Jam’iyah Nahdlatul Ulama sedang menghadapi situasi sulit dan berbagai persoalan, sehingga roda organisasi tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Anda tentu lebih memahami dan berpengalaman tanpa perlu saya jelaskan panjang lebar.
Anda—sebagai pemegang amanah tertinggi—telah dipilih oleh Jam’iyah dalam Muktamar Lampung tahun 2021 untuk berada di pucuk pimpinan bahtera besar ini, mengarahkan dan memperbaikinya.
Imam Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafi‘i rahimahullah berkata:
“Meninggalkan perbaikan padahal mampu melakukannya adalah bentuk pengkhianatan kepada umat dan pengkhianatan terhadap amanah.”
(Al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, Juz 4, hlm. 301)
Namun, hubungan antara Anda dengan Sekretaris Jenderal, serta dengan Ketua Tanfidziyah, tidak berjalan baik. Bahkan, dikabarkan bahwa Anda berulang kali enggan bertemu Ketua Tanfidziyah. Demikian pula hubungan Ketua Tanfidziyah dengan Sekretaris Jenderalnya dipenuhi perselisihan hingga menyebabkan mandeknya banyak pekerjaan dan keputusan organisasi.
Dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat, saya menyampaikan usulan tegas: agar Anda mengumumkan pembekuan tugas Saudara Yahya Cholil, dan menunjuk Prof. Dr. Muhammad Nuh—selaku Ketua Sidang Muktamar di Lampung—sebagai pelaksana tugas sampai Muktamar berikutnya tahun 2027. Saya memandang langkah ini sangat mendesak demi menjaga martabat dan kepentingan Jam’iyah, serta mengembalikan jalannya roda organisasi untuk kepentingan umat.
Allah Ta‘ala berfirman:
“Berpeganglah kalian semua pada tali Allah, dan janganlah bercerai-berai.” (QS. Ali Imran: 103)
Inilah yang saya pandang sebagai kewajiban demi nasihat dan kecintaan. Mohon diterima dengan lapang hati. Semoga Allah meneguhkan langkah Anda, dan menjadikan Anda sebagai penopang bagi Islam dan kaum Muslimin.
Ya Allah, jadikanlah Jam’iyah ini sebagai mimbar perbaikan, sumber petunjuk, dan benteng persatuan kaum Muslimin. Ya Allah, ilhamkanlah kepada para pemimpinnya jalan yang lurus, berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan apa yang Engkau cintai dan ridhai, serta jauhkanlah dari Jam’iyah ini segala fitnah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dengan rahmat-Mu, wahai Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
n sangat kompleks.