
JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Warga NU dan kiai NU kembali terguncang. Sekaligus resah dan kecewa. Bahkan sangat kecewa. Itu gara-gara Gus Yahya. Ketua Umum PBNU. Yang mendatangkan Peter Berkowitz, guru besar pro Zionis, ke acara Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU).
Berkowitz adalah guru besar Stanford University Amerika Serikat yang sangat vokal membela Israel. Berkowitz bahkan seorang idiolog Zionis yang karya tulisnnya banyak membahas Timur Tengah, termasuk Palestina dan Israel.
Gus Yahya minta maaf. Ia mengaku khilaf dan tidak cermat.
"Saya mohon maaf atas kekhilafan dalam mengundang Peter Berkowitz tanpa memperhatikan latar belakang zionisnya. Hal ini terjadi semata-mata karena kekurangcermatan saya dalam melakukan seleksi dan mengundang narasumber,” ujar Gus Yahya, Kamis (28/8/2025) di Jakarta.
Sayang. Tak ada yang percaya. Terutama para kiai muda NU atau para gus. Khususnya yang melek informasi. Bagaimana mungkin seorang ketua umum PBNU tak tahu track record seorang Peter Berkowitz.
Saya kira semua para kiai muda NU sudah paham track record Gus Yahya tentang Israel. Putra KH Cholil Bisri Rembang Jawa Tengah itu sudah berkali-kali bikin geger gara-gara dianggap “main mata” dengan Israel.
Bahkan pada tahun 2018 Gus Yahya berkunjung ke Israel. Saat itu ia masih Katib Aam PBNU. Belum jadi ketua umum PBNU. Namun ia berdalih tidak atas nama NU.
Ya, saat itulah Gus Yahya bertemu Benjamin Netanyahu. Perdana Menteri Israel yang dikenal haus darah. Suka perang dan anti kemanusiaan.
Foto pertemuan dengan Gus Yahya itu langsung diposting oleh Benjamin Nentanyahu di media sosial. Ia merasa menang dan diuntungkan secara politik karena bertemu dengan tokoh NU.
Natanyahu inilah yang secara sadis melakukan genosida terhadap rakyat Pelestina. Sekitar 46.000 warga Palestina meninggal dalam perang Gaza. Bahkan laporan London School of Hygiene and Tropical Medicine, Universitas Yale, menyebut 64.260 warga Palestina meninggal.
Gus Yahya terpilih sebagai ketua umum PBNU pada Muktamar yang sangat kontroversial. Yaitu Muktamar NU ke-34 di Lampung. Pada 24 Desember 2021.
Muktamar NU di Lampung itu sama kontroversialnya dengan Muktamar NU di alun-alun Jombang. Pada 1-5 Agustus 2015. Dalam dua muktamar itu (Lampung dan Jombang) mencuat informasi permainan uang yang vulgar dan ugal-ugalan.
Kedekatan Gus Yahya dengan tokoh-tokoh Zionis sudah menjadi kasak-kusuk kiai-kiai NU jauh sebelum Gus Yahya menjadi ketua umum PBNU. Di berbagai grup WathsApp (WA) para aktivis dan kiai NU sering kali menyebut nama Charles Holland Taylor. Pria bule asal Amerika Serikat itu sering muncul bersama Gus Yahya. Bahkan dalam percakapan di grup WA para kiai NU menyebut Holland Taylor inilah yang membuka akses Gus Yahya ke tokoh-tokoh penting Zionis dan Yahudi.
Gus Yahya bahkan disebut-sebut menjadikan Charles Hollad Taylor sebagai penasehat khusus untuk hubungan internasional. Dalam sebuah laporan yang dipublikasikan wikileaks, Holland Taylor itu disebut pernah mengorganisir lima tokoh Islam di Indonesia berkunjung ke Israel pada tahun 2008.
Holland Taylor merupakan CEO Center for Shared Civilizarional Values (CSCV)—atau Pusat Peradaban Nilai-nilai Bersama.
Yang menarik, pada tahun 2023 Holland Taylor naik haji. Dalam rombongan haji Holland Taylor itu juga diikuti Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Wakil Rais Aam Syuriah PBNU KH Afifuddin Muhajir dan kiai-kiai lainnya. Gus Yahya kemudian minta penasehat khususnya itu berganti nama Mohammad Cholil.
Namun gelar haji yang melekat pada Holland Taylor itu tak serta merta meredam kecurigaan para kiai NU.
“Itu kan sama dengan Snouck Hurgronje,” komentar seorang kiai, mantan pengurus PBNU di grup WA yang anggotanya terdiri dari para kiai NU, pengurus PBNU, akademisi NU dan guru besar NU.
Christiaan Snouck Hurgronje adalah ilmuwan yang menjadi mata-mata penjajah Belanda. Snouck menyamar atau pura-pura masuk Islam dan naik haji demi tugas dan misinya.
Snouck Hurgronje juga mengganti namanya menjadi Abdul Gaffar. Keislaman Snouck itu semata-mata untuk mencari strategi memenangkan Belanda dalam Perang Aceh dan mempertahankan koloni Hindia Belanda.
Kini Gus Yahya mendapat banyak kecaman. Baik di lingkungan NU maupun di luar NU. Gus Yahya bukan saja dianggap gagal meimpin NU tapi juga telah merendahkan NU. Sehingga banyak kiai yang minta Gus Yahya mundur dari jabatannya sebagai ketua umum PBNU.
Apalagi adik Gus Yahya, Yaqut Cholil Qoumas, yang mantan ketua umum PP GP Ansor juga mendapat serangan hebat dari sebagian besar rakyat Indonesia. Mantan Menteri agama RI itu dikecam banyak pihak karena diduga terlibat korupsi kuota haji.
Bahkan serangan dari publik dan warga NU tidak hanya menyasar Gus Yahya, tapi juga Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Mantan ketua umum MUI itu dianggap tak kapabel menjadi Rais Aam sehingga kepemimpinan PBNU morat-marit dan direndahkan publik.
Diakui atau tidak, PBNU dalam kepemimpinan Gus Yahya dan Kiai Miftahul Akhyar ini banyak menimbulkan masalah serius dan bahkan cenderung jadi bulan-bulan publik.
Karena itu para kiai NU berharap Gus Yahya dan Kiai Miftachul Akhyar cukup satu periode saja meimpin NU agar mudlarat yang menimpa NU tak makin parah. Wallahua’lam bisshawab.