
JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Pengurus Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PW Pergunu) DKI Jakarta menggelar Dialog Interaktif dan Rembug Pendidikan di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Acara yang dirangkai dengan pelantikan Jaringan Kiai Santri (JKSN) DKI Jakarta itu menghadirkan tiga naras umber. Yaitu Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pergunu, Sarjoko, MA, Wakil Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dan M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE yang juga penulis buku Kiblat Dunia Islam dan Peradaban Dunia.
Dalam acara tersebut hadir Wakil Gubernur DKI Jakarta H. Rano Karno, Dewan Penasehat PP Pergunu KH Mujib Qulyubi, Sekjen PP Pergunu Dr Aris Adi Leksono dan para tokoh lain, disamping juga kepala sekolah serta guru yang tergabung dalam Pergunu dan PGMI serta organisasi profesi lainnya.
Rano Karno sangat mengapresiasi langkah PW Pergunu DKI Jakarta yang telah menggelar acara Dialog Interaktif dan Rembug Pendidikan bertema “Tata Kelola Pendidikan DKI Jakarta Menuju Kota Global” tersebut.
Menurut bintang film kesohor itu problem pendidikan di DKI Jakarta tidak sederhana. “Perlu peningkatan mutu dan akses,” kata Rano Karno yang akrab dipanggil Si Doel – sesuai judul film yang disutradarai dan diproduserinya.
Para pengurus JKSN DKI Jakarta yang baru dilantik di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (25/9/2025). Foto: bangsaonline
Sementara Kiai Asep Saifuddin Chalim membahas tren pesantren global. Menurut Kiai Asep, mutu atau kualitas sangat menentukan dalam pendidikan, terutama pendidikan swasta. Kalau mutunya baik, muridnya berprestasi, pasti eksis dan diminati masyarakat.
Bahkan, menurut kiai asal Leuwimunding Majalengka Jawa Barat itu, pendidikan yang baik tidak hanya melahirkan generasi pintar dan cerdas tapi juga bisa menembus dunia internasional.
Kualitas pendidikan, tegas Kiai Asep, sangat ditentukan oleh tiga hal. Pertama, profesionalisme guru. Kedua, kesungguhan belajar para murid atau siswa. Ketiga, dukungan orang tua.
Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu mencontohkan pesantren yang diasuhnya. Menurut Kiai Asep, santri Amanatul Ummah terus bertambah karena santri-santrinya berprestasi.
“Sekarang 1.258 santri Amanatul Ummah diterima di perguruan tingi negeri dan luar negeri. Sebanyak 65 anak diterima di kedokteran. Di Unhan sebanyak 10 orang, 6 orang di kedokteran Unhan. Ada yang diterima di Kedokteran Jerman, China dan negara lainnya,” ungkap putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI yang pada 10 November 2023 ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Menurut Kiai Asep, lingkungan atau miliu di Amanatul Ummah sudah menjadi pesantren global. Kiai miliarder tapi dermawan itu menceritakan tentang orientasi perguruan tinggi para santri Amanatul Ummah. “Kalau di lembaga pendidikan lain kalau murid ditanya akan melanjutkan kemana setelah nanti lulus, jawabannya ke UI, UGM atau Unair. Kalau di Amanatul Ummah jawabannya, ke Jepang, Australia atau ke Amerika,” kata Kiai Asep.
Mas’ud Adnan membenarkan apa yang disampaikan Kiai Asep. Menurut dia, orientasi para santri di Pesantren Amanatul Ummah adalah dunia global atau internasional. Otomatis para santri berlomba untuk bisa kuliah di perguruan tinggi dunia atau internasional.
“Kemampuan Bahasa Ingrisnya bagus-bagus. Begitu juga Bahasa Arabnya. Bahkan ada seorang santri Amanatul Ummah diterima di 12 perguruan tinggi terkemuka di Amerika,” ujar penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan yang menceritakan sejarah perjuangan Kiai Asep itu.
“Ada juga seorang santri diterima di tiga perguruan tinggi luar negeri sekaligus,” kata Mas’ud Adnan lagi.
Menurut Mas’ud Adnan, para santri itu diterima di berbagai fakultas umum, bukan hanya agama. “Ada yang jurusan pertambangan, teknologi, elektro, teknik sipil, matematika, dan berbagai cabang ilmu. Jadi bukan hanya agama,” tegas alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair itu.
Dan yang penting lagi, menurut Mas’ud Adnan, para santri itu tidak hanya ditempa secara akademik dan intelektual tapi juga spiritual. “Jam tiga malam para santri Amanatul Ummah harus ikut shalat malam atau shalat hajat 12 rakaat,” tegasnya sembari mengatakan bahwa shalat hajat itu dipungkasi shalat witir tiga rakat dua kali salam.
“Itulah yang kemudian membentuk karakter para santri karena ada sinergi antara kemampuan intelektual akademik dan spiritualitas,” tambahnya.