
PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Musim garam tahun ini menjadi masa paling berat bagi petani garam di Bumi Gerbang Salam. Hingga akhir September 2025, produksi garam rakyat hanya mencapai 19.308,30 ton, jauh menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 119.709,80 ton dan 124.407 ton pada 2023.
Kabid Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Pamekasan, Luthfie Asy’ari, mengakui rendahnya capaian tersebut. Ia menyebut faktor cuaca sebagai penyebab utama, ditambah pemanfaatan teknologi geomembran yang belum optimal.
“Kalau berbicara soal garam, pasti erat kaitannya dengan cuaca. Produksi sangat bergantung pada sinar matahari. Tahun ini musim kemarau lebih pendek dan tidak stabil, sehingga langsung berdampak pada hasil panen,” ucapnya, Rabu (8/10/2025).
Kendati demikian, ia tetap optimis produksi garam masih bisa meningkat hingga akhir tahun. Luthfie menyebut masih banyak petambak di 15 wilayah penghasil garam yang aktif memproduksi, dengan tiga desa menjadi penyumbang terbesar.
“Di Desa Lembung capaian produksi mencapai 4.918 ton, Desa Bunder 2.846 ton, dan Desa Tanjung sekitar 2.275 ton. Mereka masih aktif bekerja di lapangan, sehingga kami berharap kontribusinya bisa mendongkrak angka produksi tahun ini,” paparnya.
Sebagai langkah peningkatan, Dinas Perikanan Pamekasan terus melakukan pembinaan kepada para petambak, baik dalam pemanfaatan teknologi geomembran maupun pengelolaan manajemen air laut agar produksi lebih efisien.
“Kami tidak tinggal diam. Pendampingan rutin kami lakukan agar petambak bisa lebih adaptif. Harapannya, meski musim kemarau tahun ini tidak panjang, kualitas dan kuantitas garam tetap bisa terjaga,” kata Luthfie. (dim/mar)