
MADIUN, BANGSAONLINE.com – Kepala BPJS Kesehatan Cabang Madiun, Wahyu Dyah Puspitasari, mengatakan bahwa Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan wujud nyata semangat gotong royong bangsa Indonesia.
Ita, sapaan akrab Kepala BPJS Cabang Madiun menjelaskan, iuran yang dibayar oleh peserta JKN setiap bulan menjadi sumber dana kolektif untuk membantu peserta lain yang sedang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Dengan sistem gotong royong ini, lanjutnya, seluruh masyarakat Indonesia saling menopang satu sama lain, sehingga tidak ada yang terbebani biaya ketika sakit.
“Peserta yang sehat membantu mereka yang sakit. Ketika suatu saat peserta yang sehat itu jatuh sakit, tentu mereka juga akan mendapatkan perlindungan yang sama. Jadi tidak ada iuran yang sia-sia,” katanya, Senin (13/10/2025).
Ita menambahkan, besarnya manfaat dari sistem gotong royong ini dapat dilihat dari contoh pembiayaan operasi jantung yang mencapai biaya sekitar Rp150 juta. Jika biaya sebesar itu ditanggung sendiri, tentu akan terasa sangat berat bagi masyarakat. Namun melalui iuran JKN, biaya tersebut ditanggung bersama oleh ribuan peserta.
“Misalnya untuk pembiayaan operasi jantung dengan biaya Rp150 juta, bisa ditanggung sekitar 4.200 peserta JKN kelas 3. Artinya, beban biaya per orang hanya sekitar Rp35.700. Inilah bukti nyata bagaimana gotong royong bekerja dalam sistem JKN,” jelas Ita.
Iuran peserta JKN merupakan tulang punggung keberlangsungan Program JKN. Prinsip gotong royong yang menjadi dasar penyelenggaraan Program JKN ini dapat berjalan apabila seluruh peserta memiliki kesadaran untuk rutin membayar iuran setiap bulan. Selain membiayai pengobatan peserta JKN, Ita menambahkan bahwa iuran juga digunakan untuk program promotif dan preventif dalam Program JKN, seperti skrining riwayat kesehatan, edukasi kesehatan, serta pencegahan penyakit kronis.
“Melalui partisipasi aktif pembayaran iuran, maka keberlanjutan Program JKN dapat terjaga. Sehingga layanan kesehatan yang adil serta merata bisa terus dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Mengingat pentingnya pengelolaan Dana Jaminan Sosial (DJS) dalam penyelenggaraan Program JKN, maka BPJS Kesehatan senantiasa menerapkan sistem pelayanan yang efisien agar penggunaan dana tersebut menjadi lebih optimal. Pengelolaan dana yang cermat dan efisien diperlukan agar keseimbangan antara penerimaan iuran dan pengeluaran pembayaran pelayanan kesehatan tetap terjaga.
“Yang menjadi tantangan adalah peningkatan jumlah peserta setiap tahunnya, artinya dengan bertambahnya jumlah peserta maka harus diimbangi dengan edukasi terhadap peserta akan pentingnya membayar iuran secara rutin. Selain itu BPJS Kesehatan juga berkomitmen memastikan bahwa peserta JKN menerima pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu dari fasilitas kesehatan yang telah bekerja sama,” tutur Ita.
Salah satu peserta JKN asal Kota Madiun, Sugiyono, memiliki riwayat penyakit jantung dan saat ini harus menjalani pengobatan rutin setiap bulan. Pria 67 tahun itu menegaskan bahwa pengobatan yang ia jalani hingga saat ini sepenuhnya ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
“Saya tidak bisa membayangkan kalau misalnya harus membayar sendiri mulai dari pengobatan awal hingga pengobatan rutin ini, tentu biayanya besar sekali. Tapi berkat Program JKN, semua ditanggung dan saya sadar biaya itu berasal dari iuran peserta lain,” ungkap Sugiono saat berobat di salah satu rumah sakit.
“Orang-orang yang bahkan tidak saya kenal ikut menolong saya,” lanjutnya.
Ia mengaku bahwa saat ini dirinya sering mengingatkan keluarga dan temannya untuk selalu membayar iuran tepat waktu setiap bulannya. Hal itu dilakukan karena Sugiyono telah merasakan bahwa iuran JKN memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan sistem gotong royong dalam Program JKN.
“Prinsip saling menolong ini memastikan bahwa siapa pun tanpa melihat latar belakang kondisi ekonomi, dapat memperoleh layanan kesehatan kapan dan di mana saja. Bagi peserta JKN yang pernah merasakan manfaat JKN, pasti dapat merasakan bahwa iuran menjadi bukti nyata bahwa solidaritas dapat menjadi kekuatan besar dalam menjaga kesehatan bersama,” tutup Sugiyono. (*)