LUMAJANG, BANGSAONLINE.com - Ribuan warga Lumajang menggelar salat berjamaah minta hujan (salat istisqa). Mereka merasakan kesulitan air akibat kemarau panjang. Pelaksanaan salat istisqa dan doa minta hujan tersebut sebagai keprihatinan atas musibah kebakaran lahan dan hutan, yang menimbulkan bencana asap.
Meski hujan telah turun di sejumlah daerah di wilayah Lumajang, namun Salat istisqa atau salat minta hujan tetap digelar berjamaah di Alun-alun Kabupaten setempat, Kamis (12/11).
Baca Juga: Alasan Prestasi, Keluarga Besar Ponpes Syarifuddin Lumajang Doakan Khofifah Jadi Gubernur 2025-2030
Salat dipimpin oleh Imam masjid Agung Anas Mahfuzd, KH. Mahrus Ali. Sedangkan Bupati Lumajang Drs. As'at Malik, M.Ag bertindak sebagai khatib sebelum salat dimulai.
Salat berjamaah itu diikuti oleh Forkopimda, PNS Pemkab Lumajang, anggota TNI/Polri, masyarakat umum, hingga siswa-siswi sekolah kota setemat.
Salat tersebut digelar untuk memohon kemurahan Tuhan agar segera menurunkan hujan di kawasan Lumajang secara menyeluruh. "Kemarau panjang tahun ini dirasakan telah membebani kehidupan warga. Selain itu telah menyebabkan kekurangan air di banyak tempat," kata Bupati Lumajang.
Baca Juga: Sambangi Pasar Baru Lumajang, Khofifah Janji Lanjutkan Zakat Produktif untuk Usaha Ultra Mikro
Meski sejumlah daerah wilayah di Lumajang telah turun hujan, namun 17 desa di 7 Kecamatan darurat kekeringan belum dicabut. Bupati mengatakan, 7 kecamatan itu meliputi Kecamatan Ranuyoso, Klakah, Randuagung, Kedungjajang, Gucialit, dan Padang. Hingga kini, ketujuh desa tersebut tetap disuplai air bersih.
"7 kecamatan tersebut masih darurat kekeringan, kalau hujan sudah merata dan mata air sudah keluar, maka darurat kekeringan baru dicabut," terangnya. (ron/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News