SURABAYA (BangsaOnline) - Target realisasi keluarga berencana (KB) Kota Surabaya semakin meningkat. Menyadari hal tersebut, Pemkot Surabaya segera menyusun strategi. Salah satunya dengan memotivasi para kader agar lebih gencar mempromosikan KB.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB (bapemas KB) Surabaya, Nanis Chairani mengatakan, target metode operasi pria (MOP) yang tahun lalu hanya 309 orang kini naik sekitar tiga kali lipat menjadi 1.061 orang. Sedangkan pencapaian metode operasi wanita (MOW) tahun ini ditarget sebanyak 2.246 orang.
Baca Juga: Gantikan Juliari Batubara, Wali Kota Risma Siap Dilantik Sebagai Mensos RI Rabu Besok
Angka tersebut jauh lebih banyak ketimbang tahun sebelumnya yang hanya ditarget 1.600 orang. Serta, metode IUD dan implan masing-masing dipatok sekitar 11.000 dan 22.000 pemohon KB baru.
Berkaca dari tahun lalu, Nanis mengungkapkan bahwa semua target bisa terlampaui. Bahkan, paradigma KB di Surabaya kini sudah mulai bergeser. KB tidak hanya identik dengan kaum wanita saja, melainkan kaum pria juga bisa aktif merencanakan kesejahteraan keluarga melalui vasektomi (MOP).
Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengaku yakin bahwa Kota Pahlawan mampu memenuhi target KB yang sudah dicanangkan. Menurut dia, peran serta kader KB tidak bisa dikesampingkan. Para kader yang berjumlah 1.577 orang dipandang sebagai ujung tombak terselenggaranya program KB di Surabaya. “Saya mengucapkan terima kasih atas kerja keras para kader. Mereka adalah tumpuan berhasil-tidaknya program ini sebab posisinya paling dekat dengan masyarakat,” ujar Risma saat membuka Rakerda KB di Ruang Pola Bappeko Surabaya, Kamis (24/4/2014).
Baca Juga: Kasus Kembali Meningkat, Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Surabaya Hampir Penuh
Oleh sebab itu, walikota ingin memanfaatkan rakerda ini untuk memotivasi para kader disamping sebagai momen evaluasi dan penentuan strategi yang akan diterapkan sepanjang 2014.
Soal target, walikota perempuan pertama di Surabaya ini tak ingin hal tersebut justru membuat para kader merasa terbebani. Yang terpenting, kata Risma yaitu memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa pengertian KB bukan sekadar dua anak cukup, melainkan bagaimana menyelenggarakan sebuah keluarga yang sejahtera dan menciptakan keluarga yang berkualitas. “Buat apa punya anak banyak kalau kebutuhan dasarnya tidak bisa dipenuhi dengan baik,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News