JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said membawa rekaman lengkap dalam sidang perdana Mahkamah Kehormatan Dewan dalam kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo yang dilaksanakan hari ini, Rabu, 2 Desember 2015. Rekaman ini menjadi bukti atas dugaan pencatutan nama presiden yang dilakukan oleh Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) terkait perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia.
Pembicaraan diawali dengan ucapan salam Direkur Utama Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin. “Assalamualaikum, Pak,” kata Maroef.
Baca Juga: Pascakebakaran, Presdir PTFI Inspeksi Lokasi Common Gas Cleaning Plant di Smelter Gresik
Namun Setya dan pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid, bukan menjawab salam itu dengan Waalaikumsalam seperti lazimnya. Mereka secara bersamaan mengatakan, “Widiiiihh.” Setya dikenal sebagai tokoh etnis Tionghoa yang beragama Kristen Katolik. Namun dikabarkan jadi mu’allaf.
Setelah berbasa-basi, pembicaraan beralih ke rencana mantunya Presiden Joko Widodo di Solo. Anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka akan menikahi Selvi Ananda pada 11 Juni 2015. Riza pun menawarkan boncengan ke Solo menggunaakan pesawatnya.
Kepada dua orang itu, Reza mengaku akan hadir sebentar dalam acara pernikahan tersebut dan menemui Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan.
Baca Juga: Tuntut Tenaga Kerja, Warga Mengare Komplek Gresik Demo Smelter PT Freeport Indonesia
“Gua sebentar, gua salaman, gua ketemu Pak Luhut gua kabur ke airport. Habis mau ngapain lagi lama-lama, yang penting buat kita nongol, salaman, ketemu Pak luhut udah,” kata Riza.
Riza sempat menanyakan, apalah Freeport membantu penyelenggaraan acara mantu Presiden. “Freeport nyupport?” kata Riza. Maroef menjawab, “Nggak ada. Nggak ada kita.”
Setelah membicarakan pernikahan putra sulung Jokowi, Setya memulai membahas renegoisasi kontrak PT Freeport Indonesia. Selanjutnnya Politikus partai Golongan Karya ini membahas rencana perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia, pembanguanan smelter serta permintaan saham atas PLTA yang memasok listrik untuk perusahaan tambang itu.
Baca Juga: Freeport Indonesia Raih 4 Penghargaan Good Mining Practice Award 2024
Namun Setya Novanto berulang kali membantah isi rekaman tersebut. Luhut mengaku tidak terlibat dengan pembicaraan tiga orang itu. "Saya tak pernah terlibat gituan, posisi saya jelas. Saya enggak pernah setuju ada perpanjangan Freeport sebelum waktunya, 2019," kata Luhut.
Namun Luhut mengakui pernah bertemu dengan bos Freeport, James Robert Moffet alias Jim Bob. Menurut Luhut, pertemuan itu terjadi tiga tahun lalu. "Benar, ada pertemuan itu," ucapnya di kantornya, Rabu, 2 Desember 2015.
Luhut mengatakan pertemuan itu terjadi saat ia masih menjadi pengusaha. Pertemuan di Amerika Serikat itu membahas tentang divestasi yang ingin dilakukan Jim Bob. "Dia memilih tiga perusahaan yang qualified. Salah satunya perusahaan saya," ujarnya.
Baca Juga: Tim Melek Industri Bedanten Gresik Gelar Giat Religi
Luhut pun menduga alasan lain dirinya dipilih Jim Bob untuk bertemu adalah karena ia berlatar belakang tentara. "Dia mungkin lihat saya bisa bantu mereka mengamankan keadaan di Freeport yang sedang terjadi huru-hara saat itu," tuturnya.
Luhut mengaku tidak ada deal yang terjadi saat pertemuan itu. Ia juga mengatakan pertemuan itu sudah sering ia ceritakan kepada banyak orang, termasuk Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto. "Saya cerita ke mana-mana, tidak hanya ke Setya Novanto," ucapnya.
Pertemuan antara Luhut dan Jim Bob terungkap berdasarkan transkrip rekaman pembicaraan yang diduga dilakukan Ketua DPR Setya Novanto, Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin, dan pengusaha minyak dan gas, M. Reza Chalid.
Baca Juga: Smelter Freeport di Gresik Resmi Beroperasi, Telan Anggaran hingga Rp58 Triliun
Transkrip rekaman itu dibacakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said saat memenuhi panggilan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam pengusutan kasus dugaan pencatutan nama presiden terkait dengan perpanjangan kontrak PT Freeport.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News