NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Legiyo (42), warga Dusun Mlaten Desa Blitaran, Kecamatan Sukomoro, buruh serabutan, tak bisa mengobatkan anaknya, Afrizal Nur Khoir (8 bulan) yang menderita hidrosepalus.
Dikisahkan Suminah (49), istri Legiyo, saat kelahiran anak keduanya tidak menunjukkan gejala sakit apapun. Selang tiga bulan, kepala anaknya mulai membesar, yang menjadikan dirinya bersama suami khawatir.
Baca Juga: Hari Terakhir Kampanye, Bunda Ita-Mbak Zuli Keliling Nganjuk Dikawal Rombongan Ledang dan Becak
Afrizal kerap menangis, tapi diam begitu sang bapak membunyikan motor. “Seperti terhibur dengar suara motor,” sambung Legiyo, sang bapak, yang ada di dekat istrinya.
Karena kondisi ekonomi yang pas-pasan, membuat mereka bingung. Sebagai alternatif akhirnya, Legiyo mengurus surat keterangan miskin (SKM) hingga dia bisa berobat dengan gratis.
Afrizal sudah menjalani dua kali operasi. Yang terakhir dilakukan pada November lalu di RS Dr Soetomo, Surabaya. Namun, sampai saat ini kondisinya masih belum bisa normal.
Baca Juga: Nganjuk Terima Penghargaan UHC Tingkat Provinsi Jatim di Acara Peringatan HKN 2024
Afrizal, lahir 8 April 2015. Saat lahir, Afrizal harus menjalani pengecekan dan operasi lagi. Apalagi, saat operasi pertama di bulan Agustus, kaki Afrizal terdapat bekas menghitam seperti kulit terbakar. Menurut penjelasan dokter, warna hitam di kaki Afrizal itu karena terkena plat. ”Ini juga butuh dioperasi,” kata Suminah, tentang kaki putranya yang menghitam.
Meski semua penanganan gratis, Legiyo dan Suminah selalu was-was setiap kontrol ke rumah sakit. “Obatnya gratis, operasinya juga, tapi biaya hidup di sana harus disiapkan,” terang pria yang biasa disapa Giyo ini.
Seperti saat harus menjalani rawat inap selama sebulan, November lalu. Kala itu, Legiyo menghabiskan uang hingga Rp 2 juta untuk biaya hidup. Baginya, uang tersebut sangatlah besar. Hingga, dia harus meminjam ke beberapa tetangga dan kerabat. “Harus ngutang sana-sini,” ujarnya.
Baca Juga: Tembus Pasar LN dan Serap Tenaga Kerja Lokal, Khofifah Apresiasi Agrobisnis Bibit Buah di Nganjuk
Karena keterbatasannya ini, sering kali Legiyo mendapat bantuan tak terduga dari banyak pihak. Misalnya, dokter yang kadang tak menarik biaya. Padahal, mereka lupa membawa surat keterangan miskin.
Di luar itu, ada saja orang tak dikenal yang memberi bantuan di jalan karena melihat kondisi Afrizal. Seperti saat berangkat ke Surabaya beberapa waktu lalu, di tengah perjalanan naik bus, tiba-tiba ada orang yang menyalaminya.
Suminah yang saat itu menggendong Afrizal di tengah padatnya penumpang bus pun membalasnya. Rupanya, orang itu tak sekadar menyalami saja. Melainkan juga memberi uang Rp 100 ribu. “Saya setengah nggak sadar. Baru tahu ada yang beri Rp 100 ribu di tangan saya,” kenangnya. (dit/rev)
Baca Juga: Antusias Warga Tinggi, Pj Bupati Nganjuk Apresiasi Baksos Periksa Kesehatan Gratis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News