JAKARTA (bangsaonline)-Siapa calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingicalon presiden(capres) PDIPJoko Widodo (Jokowi)?
Sumber di lingkungan DPP PDIP menyebutkan ada empat tokoh yang menguat. Salah satunya, Luhut Binsar Panjaitan. Tokoh Batak berusia 66 tahun yang akrab dengan Jokowi sejak jadi walikota Solo ini dikabarkan sebagai kandidat kuat calon wapres Jokowi.Tokoh lain yang juga disebut berpeluang kuat adalah Ryamizard Ryacudu, mantan KSAD yang dikenal sebagai menantu mantan wakil Presiden Try Sutrisno.
Baca Juga: Syafiuddin Minta Menteri PU dan Presiden Prabowo Perhatikan Tangkis Laut di Bangkalan
Kabarnya, PDIP sengaja mengambil cawapres dari tokoh militer agar kalau Jokowi terpilih sebagai presiden, pemerintahannya dapat dukungan dari kalangan militer. Selain Ryamizard, nama Abraham Samad, ketua KPK, juga disebut sebagai cawapres Jokowi.
Calon kuat lain adalah Jusuf Kalla (JK). Mantan wakil presiden ini, menurut sumber terpercaya, diincar PDIP karena berasal dari luar Jawa yaitu Makassar. Diharapkan ia bisa meraup suara dari luar Jawa sekaligus mewakili peta politik Jawa-luar Jawa. Kabarnya, dari sekian nama itu, Jokowi lebih sreg dengan JK.
Jika PDIP mengambil cawapres dari tiga tokoh itu berarti tingkat elektabilitas Jokowi dinilai sangat kuat. Artinya, PDIP sudah sangat PD (percaya diri). Ini mirip dengan pilpres 2009. Saat itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menolak cawapres dari unsur partai karena merasa dirinya sudah kuat dan pasti terpilih meski berpasangan dengan siapa aja. Ia akhirnya memilih Boediono, seorang ekonom yang samasekali tak punya basis massa.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Dari tiga tokoh cawapres Jokowi yang disebut di atas memang hanya JK yang punya basis partai, yaitu Golkar. Tapi Golkar jelas tak mendukung JK. Karena Golkar telah menetapkan Abu Rizal Bakrie (ARB) sebagai calon presiden.
Yang menarik, formasi koalisi PDIP sudah hampir final. PDIP tampaknya hanya berkoalisi dengan partai terbatas. Yang sudah jelas adalah Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengisyaratkan sudah menjalin "deal" untuk berkoalisi dengan PDIP."Insya Allah pasti," kata Muhaimin saat ditanya ihwal kepastian partainya merapat ke PDIP, di halaman parkir kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa, 29 April 2014.
Baca Juga: Hadiri Kampanye Akbar Luluk-Lukman di Gresik, Cak Imin akan Sanksi Anggota DPRD yang tak Bergerak
Namun, Muhaimin belum bisa memastikan waktu deklarasi resmi koalisi partainya dengan PDIP. "Belum tahu. Nanti akan ada proses bersama," ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini, tanpa menjelaskan proses bersama yang dia maksud.
KetuaDPP PKB Helmy Faisal Zaini bahkan sudah menyebut PDIP sebagai pimpinan koalisi. Ketika ditanya soal kapan deklarasi bersama ia menjawab, "Kami menunggu pemimpin koalisi saja. Kami kan anak buah koalisi."Menunggu PDIP? "Iya lah," kata dia, singkat.
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ini menyatakan partainya tak mengajukan syarat tertentu kepada PDIP untuk bergabung dalam koalisi. Termasuk, ujar Helmy, tak mensyaratkan posisi wakil presiden. "Kami ikut apa yang menjadi keputusan pemimpin koalisi."
Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News