Tafsir Al-Hijr 76-77: Jokowi, Najan Keramat, Nging Jo Koyo Kuwi

Tafsir Al-Hijr 76-77: Jokowi, Najan Keramat, Nging Jo Koyo Kuwi Jokowi. foto: merdeka

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com - "Wa innaha labisabil muqim, inn fi dzalik la'ayat li al-mu'minin". Para saudagar Arab, ketika hendak berdagang ke luar negeri, seperti ke Syam dan sekitarnya biasa melewati desa Shadaf, daerah bagian negeri nabi Luth A.S. yang dulu diazab Tuhan. Al-Qur'an menasehati, hendaknya mereka bisa mengambil pelajaran dari desa Shadaf itu, toh sering mereka lewati dan mereka saksikan, betapa porak porandanya. Padahal, sebelumnya subur loh jinawe. Seolah al-Qur'an berkata begini: "sudahlah, tinggal beriman saja, dijamin pasti selamat di dunia dan selamat pula di akhirat".

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Terkait dengan kebijakan pemerintah sekarang, sejatinya ayat ini adalah nasehat agar berkaca kepada sejarah masa lampau atau kebijakan pemerintahan yang lalu atau negara-negara lain, baik yang berakibat baik maupun yang berakibat tidak baik. Orang beriman pasti mencontoh yang baik, sedangkan yang "kafir" (tertutup) memilih sesuai selera. Kafir di sini bukanlah mengingkari Allah SWT sebagai Tuhan, melainkan nuraninya tertutup nafsu dan keserakahan. Kini kita lihat tingkah sang presiden kita.

Pertama, dari sisi kebijakan pemerintah bidang politik. Pak Soeharto dulu terkenal bertangan besi dan intervensi banget kepada partai politik bahkan kepada oraganisasi kemasyarakatan, keagamaan seperti NU. Dulu hanya ada dua partai politik, yakni PPP dan PDI, plus Golkar. PDI yang suaranya sedikit amat mudah dikuasai, sementara PPP yang berbasis umat islam masih didominasi oleh tokoh-tokoh militan, seperti KH Munasir, KH Yusuf Hasyim dll.

Lalu, muktamar PPP versi Naro cepat-cepat diadakan dan cepat pula disahkan oleh pemerintah. Akibatnya, PPP berantakan. Naro C.S. menjadi kroni Pak Harto. Apakah pemerintah Jokowi seperti ini?.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Kedua, pemerintah sekarang seenaknya menaikkan dan menurunkan harga BBM tanpa persetujuan DPR. Lebih aneh lagi, ketika Jokowi sedang di luar negeri, dia ditanya soal kenaikan harga BBM dan jawabnya "tidak tahu". Hebatnya, DPR, utamanya KIH diam, manut and takut. Tidak seperti dulu, kawan-kawan PDI-P koar-koar, naik meja, demo, teriak membela rakyat. Sekarang...(?).

Baru kali ini, negeri ini lama sekali tanpa Kapolri. Sungguh baru kali ini, ada presiden yang mengaku tidak tahu ada kenaikan harga BBM di negeri sendiri. Apa ini asli kepribadian Jokowi? Atau dia pura-pura tidak tahu? Atau memang tidak mampu memimpin?

Seorang teman mengumpat dan beristighfar. "Saya menyesal dulu memilih Jokowi. Saya tertipu oleh gayanya yang memelas, penampilannya yang ndeso dan hobinya blusukan. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa saya".

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Anehnya rakyat tidak gejolak, meski Jokowi koyo kuwi. Itulah keramatnya Jokowi. Andai pak SBY yang memerintah kayak sekarang ini, waw...(?). Jokowi, najan keramat, nging ojo koyo kuwi, mugi Gusti paring agunging pangatsami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO