BLITAR, BANGSAONLINE.com - Puluhan siswa SMP Islam Anharul Ulum protes bisingnya mesin tambang kapur di sekitar sekolahnya, di Dusun Sokosari Desa Plumpungrejo Kec Kademangan Kab Blitar. Tambang batu kapur ini dikelola CV Mojo Agung. Siswa yang juga santri Ponpes Anharul Ulum ini berunjuk rasa di depan Kantor Bupati Blitar, Selasa (12/4).
Tambang kapur yang lokasinya sekitar 300 meter dari sekolah setiap hari beroperasi sejak pukul 06.00 wib. Sehingga kebisingan yang ditimbulkan suara mesin pemecah batu dinilai sangat menganggu proses belajar mengajar.
Baca Juga: Polisi Sidak Tambang Pasir Liar Aliran Lahar Gunung Kelud, Truk-Truk Masih Lalu-lalang
"Dari pagi sampai kami pulang sekolah, saya tidak bisa mendengarkan penjelasan guru, gimana saya bisa paham materi pelajarannya," kata Kholimatus Sa'diyah, siswa kelas IX, Selasa (12/4) dikutip dari detik.com.
Keluhan lain juga disampaikan Moch Saiful Fahmi, siswa kls IX juga yang mengaku pernah bertengkar sama guru karena ingin gurunya bersuara lebih keras saat menjelaskan pelajaran. Malah teman-temannya sering batuk kena debu.
"Teman-teman juga sering batuk karena debunya selalu memenuhi ruangan kelas," tambah Fahmi.
Baca Juga: Rusak, Pemkab Sebut Akses Jalan di Wilayah Blitar Utara Sulit Diperbaiki
Sementara Forum Masyarakat Blitar Selatan yang menfasilitasi aksi protes siswa ini sebelumnya pernah melakukan survey ke lokasi dan menemukan sumber bunyi berkekuatan 77 desibel berasal dari salah satu mesin pemecah batu kapur.
"Padahal standar sebuah lokasi permukiman, perkantoran dan dunia pendidikan tidak boleh lebih dari 40 desibel," kata Koordinator Blitar Selatan Menggugat, Trianto.
Menanggapi aksi protes hari ini, Kepala Kesbanglinmas Mujianto yang menemui massa berjanji segera berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait seperti Badan Lingkungan Hidup dan Kantor Perizinan Terpadu Satu Pintu Kab Blitar.
Baca Juga: Patroli di Tambang Pasir Lahar Kelud, Polisi Temukan Alat Berat Ditinggal Operatornya
"Kita akan datangkan alat ukur valid untuk mengetahui tingkat keakuratan kebisingan saat proses belajar dan proses produksi. Dan kita minta pemilik tambang untuk sementara menghentikan proses produksi agar situasi kondusif," pungkas Mujianto. (dtc/tri/sta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News