Bupati Trenggalek Wacanakan Alga Plaza sebagai Tempat Pemasaran Produk Lokal

Bupati Trenggalek Wacanakan Alga Plaza sebagai Tempat Pemasaran Produk Lokal Di sini produk lokal akan dipasarkan. foto: herman/ BANGSAONLINE

TRENGGALEK, BANGSAONLINE.com - Bupati Trenggalek DR. Emil Elestianto Dardak melalui akun whatsappnya menyampaikan wacana tentang rencana upaya mengangkat produk UKM (Usaha Kecil Menengah) asli Trenggalek. Caranya, dengan memberi ruang penjualan di kawasan pertokoan Alga Plaza jalan Dewi Sartika nomor 01 Trenggalek.

"Rekan-rekan alga yang selama ini hidup segan mati tak mau, insyaallah pemiliknya sudah bersedia dikonversi jadi plaza UKM Trenggalek," tulis Emil dalam akun whatsapp-nya. (26/4)

Baca Juga: Respons Positif Bupati Trenggalek soal Audiensi Pengembangan Potensi Daerah dan Kemaritiman

Menyikapi tentang produk apa saja yang bakal dipasarkan di Alga Plaza, suami Arumi Bachsin ini menerangkan nantinya akan diisi dengan produk-produk asli UKM Trenggalek. "Semisal ikan asap yang sudah di vacuum wrap, ini kita padukan dengan communal branding seperti halnya UKM comer di seven eleven. Kita mulai sekitar 30 persen dulu dan perlahan-lahan naik," paparnya lebih lanjut.

Selain itu, kata Emil, seluruh produk UKM akan dipadukan semuanya dengan memberikan label sertifikasi Trenggalek Gemilang supaya ada standarisasi mutu.

Sementara Abdul Azis S kepala bidang UKM dinas koperindag tamben Trenggalek menanggapi positif wacana ke depan Bupati mewadahi UKM produk asli Trenggalek.

Baca Juga: Bupati Trenggalek akan Beri Keringanan Pajak untuk Investor yang Terapkan Green Bisnis

"Wah ini terobosan yang luar biasa. Kami sangat mendukung wacana beliau. Dengan demikian seluruh produk lokal Trenggalek bisa memiliki tempat yang strategis dan berani bersaing," ungkap Azis di ruang kerjanya (26/4).

Kendati demikian menurut Azis, produk UKM lokal sering mengalami kendala ketika berbagai produk UKM tersebut dipasarkan lewat toko modern. Kendala tersebut karena pihak pemilik toko modern mengharuskan persyaratan yang sulit untuk dipenuhi oleh kelompok UKM. Misalkan persyaratan tentang adanya barcode untuk satu produk lokal. Sementara untuk bisa mendapatkan barcode, kelompok UKM harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO