JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Perempuan yang memperkenalkan metode baca 'Ini Budi', Siti Rahmani Rauf tutup usia. Siti meninggal pada usia 97 tahun pada Selasa (10/5) malam kemarin. Siti merupakan orang yang menciptakan alat peraga metode baca 'Ini Budi'. Metode ini ternyata dapat membantu jutaan anak Indonesia era 80-90 an jadi mudah membaca dan mengenal bahasa Indonesia.
Dia disemayamkan di rumah duka Jalan Jati Petamburan I/No. 8, RT 002/ RW 01 Jakarta Pusat.
Baca Juga: Di SMA Award 2024, Pj Gubernur Jatim Minta Konsisten Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional
Siti merupakan perempuan asal Sumatera Barat yang menciptakan metode SAS dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas satu. Metode tersebut diciptakannya sekitar awal tahun 1980, setelah dirinya pensiun sebagai guru.
Bagi mereka yang mengenyam pendidikan sekolah dasar di era tahun 80-an hingga pertengahan 90-an, mata pelajaran kelas satu SD mungkin akan selalu mereka ingat. Berkat metode pembelajaran bahasa yang sekaligus menggunakan alat peraga, yang disebut Struktur Analitik Sintetik (SAS) Bahasa Indonesia terasa menyenangkan.
Menteri Pendidikan Anies Baswedan menyampaikan bela sungkawanya atas wafatnya tokoh pendidikan Indonesia tersebut. "Beliau wafat meninggalkan aliran pahala yang besar," kata Anies di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (11/5).
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Siswa, Khofifah Dorong Inovasi Digital di Perpustakaan
Alat Peraga struktur analitik sintesis Bahasa Indonesia yang diciptakan Siti, lebih dikenal dengan sebutan "Ini Budi". Karya tersebut telah menjadi legenda dalam pendidikan Indonesia.
"Beliau meninggalkan sidik jari yang menempel di puluhan juta anak Indonesia," kata Anies Baswedan memuji.
Kebaikan untuk Siti Rahmani yang meninggal pada usia 97 tahun ini, kata Anies, pahalanya akan terus mengalir. Sebagai seorang muslim, Anies meyakini bahwa bila seseorang telah wafat, semua hal akan terputus terkecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, doa anak yang saleh, ilmu yang bermanfaat.
Baca Juga: PT Megasurya Mas Beri CSR Beasiswa untuk 356 Siswa di Sidoarjo
Anies menambahkan, Siti Rahmani telah memberikan teladan bagi masyarakat tentang ilmu yang bermanfaat bagi berjuta-juta orang. Alat peraga tersebut populer pada era 1980-an. "Itu akan memberikan pahala tanpa henti," tuturnya.
Kabar meninggalnya Siti Rahmani disampaikan langsung oleh anak kandungnya Karmeni Rauf. Lewat pesan singkat ia mengabarkan bahwa ibundanya meninggal di rumahnya di Jalan Petamburan 1, Jakarta.
"Mami saya adalah pembuat alat peraga dari buku paket yang dikeluarkan pemerintah," kata Kamerni Rauf, putri keempat almarhumah, saat ditemui di rumah duka.
Baca Juga: Khofifah Ajak Guru Jatim Bangun Generasi Cinta Damai dengan Ciptakan Suasana Harmoni di Sekolah
Kamerni menjelaskan, tokoh "Budi" sejatinya telah ada dan tertera di buku paket tersebut.
Alat peraga yang dimaksud adalah gambar dan kumpulan kartu dalam bentuk kalimat. Gambar tersebut mengilustrasikan sebuah keluarga. "Ada gambar Budi, Bapak Budi, Ibu Budi, Kakak Budi dan Adik Budi. Dibungkus di kotak berukurunan 60 x 60cm, tebalnya sekitar 15 cm. Itu satu paket," kata Kamerni.
Menurut Kamerni, alat peraga diciptakan oleh almarhumah pasca pensiun pada 1984 dan dipakai di sekolah-sekolah selama 8 tahun. "Waktu itu alat peraga semacam itu belum banyak diciptakan. Sehingga sangat membantu guru," kata Kamerni.
Baca Juga: Gandeng UI, Pesantren Algebra Bogor Optimistis Cetak Saintis dan Pemimpin Masa Depan
Kamerni menambahkan, ibunya merupakan sosok yang sangat mencintai pendidikan. Sehingga almarhumah menginginkan semua guru bisa maju. Lahir di Sumatra Barat, 5 Juni 1919, Siti Rahmani mengenyam pendidikan sekolah Belanda yang kemudian melanjutkan PGSLP Setia Budi Jakarta.
Mulai mengajar di usia 19 tahun, jabatan terakhir almarhumah adalah Kepala Sekolah SD Tanah Abang 5 Pagi. Pihak keluarga mengkonfirmasi bahwa almarhumah meninggal lantaran usia lanjut. "Memang ada penyakit gula, tapi Mami memang sudah bedrest sekitar 7 tahun."
Selamat jalan Ibu Siti, semoga tenang di Sisi Yang Maha Kuasa.(mer/tic/yah/lan)
Baca Juga: Pesan Hadratussyaikh: Guru Pakai Parfum, Jangan Ngajar Jika Ngantuk, Lapar, dan Marah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News