ORLANDO, BANGSAONLINE.com - Pria bersenjata yang membunuh 50 orang di kelab malam Orlando, Florida, suatu penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika Serikat, mengalami gangguan jiwa dengan tabiat kasar, kata mantan istrinya.
Sitora Yusufiy, mantan pasangan dari Omar Mateen (29 tahun), yang diketahui sebagai pelaku penembakan massal oleh polisi pada tempat penembakan Minggu, juga mengatakan kepada wartawan dalam jumpa pers yang disiarkan CNN bahwa ia "diselamatkan" oleh keluarga dari mantan suaminya setelah empat bulan pernikahan penuh badai dan berakhir dengan perceraian.
Baca Juga: Kebencian Ras, Bangga Memvideo Pembunuhan
Nihad Awad, pimpinan kelompok Muslim AS, CAIR, mengecam dengan keras pembunuhan massal Orlando dengan mengatakan bahwa pembunuh tersebut tidak mewakili keyakinan Islam.
Omar Mateen melakukan penembakan massal yang menyebabkan 50 orang yang berkerumun di kelab malam kaum homoseksual meninggal, Minggu. Serangan tersebut adalah yang terburuk dalam sejarah penembakan massal di AS, yang oleh Presiden Barack Obama digambarkan sebagai aksi teror dan kebencian.
Polisi menembak pelaku penembakan, Omar Mateen, warga Florida, AS keturunan Afghanistan. Para penyelidik sedang mencari bukti-bukti untuk melihat apakah serangan tersebut diilhami oleh kelompok bersenjata ISIS, meskipun mereka juga meragukan bahwa Mateen bekerja langsung dengan grup tersebut.
Baca Juga: Live Streaming Kematian: Pacar Hamil Dilempar ke Salju, Disiarkan Langsung dari Sekarat sampai Tewas
"Dilaporkan bahwa Mateen telah menghubungi 911 pagi ini yang menyatakan bahwa dia berhubungan dengan IS." kata Ronalds Hopper, agen khusus FBI yang menangani kasus tersebut.
Penembakan terjadi di kota wisata AS, ketika sekitar 350 orang merayakan pawai pekan homoseksual. "Kata-kata tidak bisa menggambarkan perasaan tersebut," kata pengunjung kelab, Joshua McGill, lewat Facebook. "Banyak genangan darah dan mencoba menyelamatkan nyawa orang-orang."
Sebanyak 50 tiga orang terluka dalam penembakan serampangan tersebut, dan menjadi yang terburuk. Kejadian tersebut mengingatkan pada penembakan massal di Universitas Technologu Virginia tahun 2007 yang menewaskan 32 orang.
Baca Juga: Kalah Main, Gamer Kendarai Motor Sejauh 4.800 Km untuk Satroni Lawan, Lalu Bunuh Lawannya
Sementara Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim sebagai dalang di balik serangan mematikan di sebuah kelab malam gay di Orlando, Florida, Minggu malam, 12 Juni 2016, yang dilakukan Omar Mateen. Aksi Mateen tersebut mengakibatkan 50 orang tewas dan 57 lainnya terluka.
Melalui agensi berita mereka, Amaq, mereka menyebut bahwa Omar Mateen, pelaku penembakan, adalah salah satu pejuang mereka. "Serangan bersenjata yang menargetkan kelab malam gay di Kota Orlando, Florida, yang menyebabkan lebih dari 100 orang tewas atau terluka, dilakukan oleh pejuang ISIS," tulis berita Amaq seperti dikutip oleh Daily Mail.
Ini pertama kalinya ISIS mengklaim menjadi dalang di balik serangan mematikan di Amerika. Menurut laporan dari NBC News, sebelum melakukan serangan, Omar menelepon 911 dan menyatakan kesetiaannya kepada pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Baca Juga: Cucu Elvis Presley Tewas Bunuh Diri, Tembak Kepala Sendiri
Menurut juru bicara kepolisian setempat, selain menyebutkan tentang ISIS, saat melakukan penembakan, Omar beberapa kali menyebut dan mereferensi tentang Tsarnaev bersaudara. Tsarnaev bersaudara adalah dalang di balik pengeboman Boston Marathon pada 2013 yang membunuh tiga orang dan melukai puluhan lainnya.
Omar Mateen yang berumur 29 tahun merupakan warga Port St. Lucile di Florida. Ia merupakan anak dari keluarga Afganistan yang lahir di New York. Bagi FBI, sosok Omar bukan baru lagi, ia sudah dua kali diinvestigasi sebelum penembakan, namun akhirnya dilepaskan.
Di sisi lain, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Bantuan Hukum Indonesia Lalu Muhammad Iqbal memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban insiden penembakan di Orlando.
Baca Juga: Ada Pelacur Usia 14 Tahun di Thailand, Disukai dan Harganya Mahal Jika Anak Bungsu
"KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) Houston saat ini sedang mencari informasi lebih jauh. Namun, sejauh ini, tidak ada laporan adanya WNI yang jadi korban. KJRI akan terus memantau perkembangannya, berkoordinasi dengan otoritas setempat dan jaringan masyarakat Indonesia," kata Iqbal. (rol/kcm/tic/mer/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News