BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bercerita bahwa jadi bupati terpaksa karena saat mendaftar sebagai calon anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) daerah pemilihan (Dapil) Banyuwangi oleh Muhaimin Iskandar dibuang ke Pacitan. Saat itu Pacitan dan sekitarnya merupakan dapil tak enak bagi PKB.
”Saya pengen nyalon DPR di Banyuwangi dapat nomer 10, padahal untuk jadi anggota di nomor dua saja sudah sulit. Kemudian saya dipindah ke Pacitan nomor 7. Akhirnya saya mengambil keputusan terpaksa mencalonkan diri jadi bupati," katanya dalam Halal Bihalal yang dihadiri ratusan alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dari seluruh Indonesia di Pendopo Sabha Swagata Banyuwangi, Kamis malam.
Baca Juga: Takut PKB Bubar, Khofifah Bakar Surat Pengunduran Diri Gus Dur
Hadir dalam acara temu kangen itu anggota DPR RI Zainud Tauhid Sa'adi, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) M. Asrorun Niam Sholeh, mantan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Idy Muzayyad, dan Ketua Umum Presidium Nasional MA IPNU Hilmi Muhammadiyah.
Soal dibuang ke Pacitan oleh Cak Imin saat pencalegan itu tampaknya sangat membekas dalam perjalanan politik Azwar Anas. Buktinya, ia beberapa kali mengungkap peristiwa tak enak tersebut dalam acara dan pertemuan – terutama non formal.
Meski demikian ia merasa bahwa peristiwa tersebut ada hikmahnya. "Saya menyampaikan terima kasih berkat doa para kiai saya terpaksa jadi bupati,” kata mantan anggota DPR RI dari FKB yang dikenal dekat dengan Jenderal R Hartono itu.
Baca Juga: Anggota Fraksi PKB DPRD Kabupaten Mojokerto Gelar Reses di Desa Kintelan
Dalam acara itu Azwar Anas juga mengungkap suka-duka sebagai aktivis organisasi IPNU. Mantan Ketua Umum IPNU 2000-2003 ini punya banyak kenangan selama aktif di organisasi pelajar NU itu.
"Berorganisasi bermakna luar biasa ada hal yang tidak bisa diciptakan tapi dikembangkan ketika berproses, seperti yang saya alami ketika aktif di IPNU," ujar Anas seperti dikutip detik.com.
Anas kemudian mengisahkan kenangannya menjadi wakil sekretaris jenderal (sekjen) yang harus mengisi materi ke berbagai daerah. Mulai dari kecopetan di jalan, tidak membawa uang saku hingga kunjungannya ke daerah yang menjadi favoritnya ketika menjalankan tugas sebagai pengisi materi.
Baca Juga: Anggota Fraksi PKB di Jatim Diinstruksikan Perangi Judi Online
"Pas tugas ke daerah sangu (bekal) pas-pasan pulang repot juga. Terus yang paling seneng ke Sumedang kalau pulang dibawain tahu apalagi IPPNU-nya cantik-cantik," candanya.
Tak hanya itu perjalanan selama menimba ilmu di Jakarta dan pulang ke Banyuwangi pun meninggalkan kenangan tak terlupakan. "Orang dulu naik bus Lorena itu istimewa sudah ratusan ribu, saya bisanya naik kereta api yang murah hanya Rp 9 ribu dengan risiko kalau duduk di bawah siap-siap kepalanya dilewati orang," ujarnya yang disambut tawa hadirin.
Dia menyebut suka duka selama dirinya belajar di Jakarta juga turut membangun dirinya. Hasil dari proses itulah yang menjadikannya bupati yang kreatif dan inovatif untuk membangun Banyuwangi.
Baca Juga: Sering Tergenang saat Hujan, Warga Dusun Ngujung Bangun Drainase
"Dengan dikirim ke daerah membuat saya sering nulis, membuat makalah, membuat saya banyak belajar, ketemu orang. Di Jakarta memimpin orang, saat memimpin sidang didemo. Bekal organisasi penting, pengalaman-pengalaman itulah yang menambah saya dan menjadikan saya bisa memimpin Banyuwangi," tuturnya.
Beragam tantangan pun harus dihadapinya ketika menjabat sebagai bupati. Anas mengaku sebagai kabupaten terluas di Jawa Timur, Banyuwangi memiliki keanekaragaman suku, adat dan budaya.
"Saya kira Banyuwangi miniatur yang tidak bisa didapat. Awal menjabat saya didemo 40 hari, berdinamika memang tidak mudah. Imej Banyuwangi kasar dan klenik. Beruntung saya punya pengalaman ketika berproses selama di IPNU dengan berbagai pendekatan hal ini bisa diatasi," katanya.
Baca Juga: Syafiuddin Minta Menteri PU dan Presiden Prabowo Perhatikan Tangkis Laut di Bangkalan
Dalam kesempatan ini Anas juga mendapat pujian karena prestasinya selama menjabat sebagai Bupati Banyuwangi. Ketua Presidium Alumni IPNU, Hilmi Muhammadiyah, mengatakan Anas saat ini menjadi bahan pembicaraan di kalangan rekan organisasinya karena mampu menginspirasi mereka. Oleh karena itu Anas pun didapuk menjadi tuan rumah dalam kegiatan ini.
"Penentuan tempat ini kita lakukan di depan masjidil haram ketika melaksanakan umroh. Kita kemudian memutuskan pertemuan kita adakan di Banyuwangi, hal ini bukan kebetulan dari ketemu temen-teman daerah pembicaraannya hanya Abdullah Azwar Anas," terang Hilmi.
"Abdullah Azwar Anas itu menginspirasi teman-teman, banyak yang pengen jadi bupati tapi tidak ada surveinya," candanya yang disambut tawa hadirin.
Baca Juga: Hadiri Kampanye Akbar Luluk-Lukman di Gresik, Cak Imin akan Sanksi Anggota DPRD yang tak Bergerak
Tak hanya itu Hilmu juga menyampaikan harapannya agar pertemuan halal bihalal ini bisa mempererat ikatan mereka. Dia berharap organisasinya bisa menelurkan kader terdidik dan terpelajar.
"Majelis alumni sebagai mitra NU ke depan. Kita akan merawat teman-teman setelah 5-10 tahun di IPNU menghasilkan generasi terdidik, terpelajar yang tentu sudah berdiaspora di berbagai tempat dan sebagai bagian dari jaringan NU sudah bergeser arahnya tidak hanya sebagai benteng NU tapi sebagai benteng RI," bebernya.
Pertemuan ini berlangsung cair, kerap terdengar canda dan tawa dari para tamu. Hilmi juga menggoda Anas agar jangan meninggalkan Banyuwangi untuk menjadi gubernur.
Baca Juga: PKB Gelar Konsolidasi Pemenangan Paslon Luman dan Mudah di Pasuruan
"Kami berterima kasih Pak Anas ini bukan hanya berhenti di sini, tapi jangan juga terburu-buru ke tempat yang lain, harus juga memperhatikan seniornya. Ini saya tangkap aspirasi dari teman-teman biar menginginkan yang lebih tinggi boleh tapi biar matang dulu," kata Hilmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News