JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Ratusan warga berebut sesaji berupa sembako di Klenteng atau Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Hong San Kiong, Gudo, Jombang, Senin (29/8).
Rebutan sembako ini sebagai penutup dari prosesi ritual King Ho Ping yang digelar umat Tri Dharma di kelenteng yang sudah berusia ratusan tahun tersebut.
Baca Juga: Pria dari Tuban Tewas Tersangkut Kabel Putus di Jombang
Ritual King Ho Ping atau Butho atau Ulambana, atau dalam istilah setempat disebut tradisi rebutan, intinya mendoakan arwah leluhur yang rutin dilakukan pada bulan Jiet Gwee Cap Go atau bulan ketujuh dalam penanggalan Imlek. Khususnya arwah leluhur yang tidak terawat.
Kendati ritual digelar penganut Tri Dharma (Konghucu Dharma, Hindhu Dharma dan Budha Dharma), namun yang berebut tak hanya umat Tri Dharma, melainkan umat non Tri Dharma. Yang terakhir ini umumnya berdomisili di sekitar kelenteng.
Ritual dimulai sekitar pukul 14.30 WIB, dan selesai sekitar pukul 16.00 WIB. Meskipun penutup ‘rebutan’ sesaji tersebut merupakan tahap terakhir dari prosesi, tapi warga sudah mulai berdatangan sejak sekitar pukul 13.00 WIB.
Baca Juga: Ujicoba Pembelian dengan QR Code, Konsumen Pertalite di Jombang Beri Apresiasi
Begitu tahap rebutan dimulai pukul 14.30 WIB, ratusan warga langsung mendekat ke bagian depan kelenteng. Dengan membawa ‘kethak’ atau tiket yang sebelumnya sudah dibagikan pihak kelenteng, warga menukarkan kethak tersebut guna mendapatkan paket sembako yang sebelumnya berfungsi sesaji.
Salah satu warga, Kusmini (50) asal Desa Gudo, Kecamatan Gudo, mengaku meskipun dirinya bukan penganut Tri Dharma, dia ikut mendapatkan sembako atau sesaji karena nilai manfaatnya. “Saya anggap ini rezeki,” kata Kusmini .
Kusmini mengakui, sembako itu tidak sepenuhnya gratis. Sebab, sebelum acara digelar, dirinya dan warga lain membawa hasil bumi dan bahan mentah sendiri ke kelenteng. Saat mengantar barang itulah dirinya diberi tiket oleh panitia, untuk ditukar sembako.
Baca Juga: Jadi Gunjingan Warga, Oknum Kades di Jombang Gadaikan Mobil Siaga Desa dan Motor Dinas
“Tapi tetap saja kami membawa pulang lebih banyak dari yang kami setor ke panitia,” kata Kusmini , sembari memperlihatkan empat paket sembako yang masing-masing terdiri dari gula pasir, beras, dan minyak goreng.
Ritual King Ho Ping sendiri intinya sembahyang mendoakan arwah yang tak tenang, belum terawat. Tujuannya supaya tenang di alam baka. Sembahyang ini untuk mendoakan arwah diampuni dosa masa lalunya agar bisa menuju nirwana.
Ketua yayasan Toni Harsono mengatakan, acara ini diawali sembahyang di altar Thian Yang Maha Kuasa untuk memohon izin mengadakan doa di kelenteng. Selanjutnya doa dipanjatkan kepada dewa-dewa lain. Seperti Kwan See Im Poo Sat (Dewi Welas Asih), dan Kong Tik Tjoen Ong (Dewa Pengobatan). Dewa yang disebut terakhir ini dianggap sebagai tuan rumah Kelenteng Hong San Kiong. (ony/rev)
Baca Juga: Perangkat Desa di Jombang Ditangkap Usai Terlibat Illegal Logging
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News