Raup Untung Rp 20 Juta per Minggu, Pembudidaya Pepaya Calina di Lamongan Berharap Ada Perhatian

Raup Untung Rp 20 Juta per Minggu, Pembudidaya Pepaya Calina di Lamongan Berharap Ada Perhatian Sugiono sedang memanen pepaya miliknya.

LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Tanah tandus tak membuat warga kehilangan akal untuk menanaminya demi mengeruk rupiah. Tanah kritis yang berada di Kawasan hutan Dusun Cane Desa Candisari Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan disulap menjadi kebun papaya.

Warga Lamongan selatan ini membudidaya pepaya jenis calina. Kini, mereka sudah memetik hasilnya. Dalam seminggu, mereka mengaku memanen dua kali dan meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.

Baca Juga: Lamongan Exportiva, Peluang Tingkatkan Ekspor Bagi Pelaku Industri

Sugiono (45) dan delapan orang temannya berhasil membudidaya pepaya seluas 3 hektar di lahan kritis. Dengan berguru ke Malang, Sugiono dan warga lainya memiliki ilmu yang cukup dalam memanfaatkan tanah marginal yang tidak produktif menjadi tanah produktif.

"Walau ditanam di tanah gersang, namun pepaya jenis ini memiliki rasa manis dan nikmat. Keunggulan dari pepaya calina, rasanya lebih manis jika dibandingkan dengan pepaya lain," ujarnya di lokasi budidaya pepaya calina, Senin(5/9).

Dari hasil membudidaya pepaya calina, Sugiono mampu meraup puluhan juta rupiah dalam sekali panennya. Hal itu didasarkan dengan 10.000 pohon pepaya yang dimilikinya, dalam seminggu ia memanen sebanyak satu kilogram pepaya matang per pohon. Dari jumlah pohon sebanyak itu, ia menghasilkan 10 ton pepaya segar. Dengan harga Rp 2.000-4.000 per kilogram, keuntungan yang dapat dikantonginya terbilang besar, berkisar Rp 30 juta. Dengan dipotong 10 persen untuk biaya operasional, Sugiono mampu meraup keuntungan hingga Rp 20 juta per minggu.

Baca Juga: Selma Furniture dan Informa Electronics Resmi Buka Outlet di Plaza Lamongan

Hal senada disampaikan Zainuri pengusaha muda dusun setempat mengatakan, pepaya jenis calina mampu berbuah sepanjang masa tanpa mengenal musim. Selain rasanya manis, tinggi pohonnya hanya berkisar 1,5 meter. Kelebihan lainnya adalah tanaman ini mudah perawatannya dan tidak membutuhkan banyak air. "Asal perawatanya bagus, maka hasil panennya lebih lama dan hasilnya juga tambah banyak,hanya saja harganya anjlok ditingkat petani," ujarnya.

Dikatakan Zainuri, hingga kini belum ada perhatian dari pemerintah kabupaten Lamongan kepada petani pepaya. "Petani masih swadaya, dan belum ada bantuan dari pemerintah. Untuk itu kami butuh perhatian Pemkab Lamongan," ujarnya

Sementara Camat Sambeng, Suparno sangat mengapresiasi usaha para petani yang sangat inovatif sehingga mampu mengembangkan ekonomi masyarakat dengan membudidayakan pepaya di wilayahnya.

Baca Juga: Tumbuhkan Ekonomi Kerakyatan, War-LA Mampu Sumbang Pendapatan Asli Desa

"Saya bangga kepada petani budidaya pepaya yang sukses ini, mudah-mudahan kedepan mendapat perhatian dari Pemkab Lamongan,paling tidak soal pemasaran sehingga harganya tidak dipermainkan tengkulak," ujarnya.

Selain itu Kata Suparno pihaknya berupaya kedepan Desa Candisari akan disulap menjadi Desa wisata di kawasan Lamongan selatan. "Mudah-mudahan ke depan, bisa menjadi Desa Wisata yang akan dikunjungi para wisatawan, dengan demikian ekonomi masyarakat akan meningkat," pungkasnya. (qom/rev) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO