GOWA, BANGSAONLINE.com - Selama dua hari berturut – turut, pasukan kerajaan Gowa dan Satuan Polisi Pamong Praja (satpol PP) terlibat bentrok sengit di Istana Balla Lompoa, Jalan Sultan Hassanudin Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Bentrokan sendiri dipicu perebutan ritual adat pencuciaan benda pusaka kerajaan atau Accera Kalompoang yang secara turun menurun dihelat setiap lebaran Idul Adha.
Bentrok awal terjadi pada minggu (11/9). Bermula dari adanya arak – arakan budaya pasukan kerajaan bersama sejumlah pemangku adat sebagai rangkaian dari ritual pencucian benda pusaka. Tanpa sebab mereka diserang Satpol PP dan sejumlah preman dengan menggunakan anak panah. Pasukan kerajaan pun mengamuk dan menyerang balik hingga ke dalam istana kerajaan.
Aparat kepolian yang tiba dilokasi, melepaskan tembakan gas air mata. Namun hal tersebut taak menciutkan nyali kedua belah pihak yang berseteru. Akibat bentrokan dengan menggunakan panah, tombak, dan panik ini mengakibatkan dua orang pasukan kerajaan terluka terkena bacokan senjata tajam dan anak panah. Sementara dari pihak Satpol PP belum diketahui berapa korban luka lantaran awak media dilarang meliput oleh sejumlah petugas Satpol PP.
"Kami sudah mengalah karena itu kami menggelar ritual di luar istana padahal secara turun temurun ritual adat ini harus digelar di dalam istana tapi nyatanya kami juga diserang walau pun di luar istana makanya pasukan mengamuk," kata Andi Rivai salah seorang pemangkMu adat Kerajaan Gowa kepada media.
Bentrokan berakhir setelah sejumlah petinggi Polri tiba di lokasi dan berjanji akan mengusut tuntas pelaku penyerangan yang mengakibatkan seorang anggota pasukan kerajaan terluka.
"Korban penyerangan kami sudah arahkan untuk melapor secara resmi dan kami akan usut tuntas," ujar Kompol Henri, Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polres Gowa yang turut serta menenangkan kedua belah pihak yang bertikai.
Selang sehari kemudian, tepatnya senin (12/9) sekitar pukul 14.00 waktu setempat, Pasukan kerajaan Gowa yang hendak memasuki istana Balla Lompoa mendapat hadangan dari Satpol PP bersama sejumlah preman lantaran di istana berlangsung pencucian benda pusaka serupa yang digelar Lembaga Adat Daerah (LAD).
Akibatnya aksi saling serang menggunakan batu dan senjata tajam tidak terhindarkan. Tawuran tersebut berlangsung selama tiga jam. Untuk meredam suasana Brimob dibantu TNI diterjunkan untuk menangani bentrokan. Aparat sempat kewalahan lantaran bentrokan terjadi di sejumlah titik. Kericuhan berakhir setelah ratusan aparat memblokade sejumlah titik bentrokan meski aksi saling lempar batu tetap berlangsung.
Bupati Gowa Adnan Ichsan Yasin Limpo menegaskan bahwa terbitnya Perda LAD menegaskan bahwa tahta kerajaan Gowa sudah tidak ada, namun digantikan Ketua LAD dalam hal ini adalah bupati yang menjabat dan menjalankan seluruh fungsi adat dan budaya Gowa.
"Kedudukan ketua LAD itu bukan sebagai raja dan masa pemerintahan raja Gowa sendiri berakhir pada masa Andi Idjo (Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1946-1978)," kata Adnan. Ditambahkan, fungsi raja digantikan bupati yang menjabat dan siapapun bupati yang menjabat akan menjadi ketua LAD berdasarkan Perda.
“Jadi saya menegaskan bahwa bukan pribadi saya yang ingin menjadi raja tolong di luruskan namun jabatan saya sebagai bupati sekaligus ketua LAD," jelas Adnan.
Terjadinya bentrokan antar pendukung Bupati selaku ketua LAD dengan keturunan asli kerajaan, merupakan buntut dari konflik keluarga Kerajaan Gowa dengan keluarga bupati setempat yang berujung dengan penobatan sepihak Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichan Yakin Limpo sebagai Raja Gowa berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat.
Hal ini ditentang berbagai kalangan. Lantaran bupati bukan berasal dari garis keturunan Raja Gowa apalagi sebagai pewaris tahta kerajaan. Sementara Raja Gowa ke-37, pewaris tahta yang sah kerajaan Gowa, yang dikonfirmasi terkait dengan bentrokan ini hanya bisa prihatin dan menghimbau agar bupati setempat berhenti mengusik keluarga kerajaan .
"Ini bentuk otoriter bupati sekarang ini, yang namanya raja itu berdasarkan garis ke turun bukan berdasarkan penunjukan anggota dewan dan raja itu dilantik oleh dewan adat kerajaan bukan dilantik oleh anggota DPRD yang notabenenya dari partai politik," ucap Andi Maddusila Daeng Mattawang Karaeng Lalolang.
Sebatas diketahui, Bupati Gowa Adnan Ichsan Limpo pria kelahiran Jakarta yang merupakan salah satu dinasti Yasin Limpo Gubenur Sulsel 2 periode. Adnan terpilih menjadi Bupati melalui jalur independen. Sementara pewaris tahta kerajaan atau Raja Gowa ke 37, Andi Maddusila, merupakan rival politik Adnan. Andi juga sempat maju dalam pertarungan pilkada Gowa tahun 2015 silam. Andi diusung melalui partai Demokrat.(kmps/dio)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News