SIDOARJO, BANGSAONLINE.com – UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pande Besi Desa Klurak dalam kondisi sekarat. Ini dikarenakan tiada pemasukan yang bisa diandalkan untuk operasional. Pemasukan sendiri berasal dari para pengrajin atau pande besi, yang berkonsultasi di UPT. Demikian pengakuan Lahuri (56), penanggung jawab UPT ini.
Jauhari mengaku blak-blakan, keberadaan UPT ini lebih banyak minus daripada plus, dalam hal ‘pendapatan’. “Listrik sering telat bayar 3 bulan, bahkan listrik UPT sampai mau disegel. Saya bilang kepada teman-teman PLN, gedung ini sama-sama punya negara, tapi mereka tidak mau tahu. Mereka hanya bilang, kalau tak ingin disegel, ya harus bayar. Padahal kalau listrik disegel, saya semakin tidak mampu membayar. Terakhir ada pemasukan lebih di tahun 2013. Di tahun 2015 pemasukan sangat turun, sehingga belum bisa membayar PBB selama 2 tahun,” keluh Lahuri (56).
Baca Juga: Sejoli di Wonoayu Sidoarjo Diamankan saat Akan Transaksi Sabu Sistem Ranjau
Dari pengamatan, UPT ini terlihat seperti bangunan tua, bangunan lama dengan keadaan alat-alatnya yang kebanyakan rusak.
UPT ini memiliki 1 orang penanggung jawab dan 2orang pegawai yang digaji UPT.
“Dulu namanya UPT Logam, tapi karena ada yang sama dengan perusahaan lain, akhirnya diganti UPT Pande Besi. Di sini masih dalam Pembinaan Yayasan Tropodo. UPT ini berdiri di Desa Klurak, untuk membangun Desa Klurak dan Kecamatan Waru sini.Mau dikembangkan bagaimana, mengingat di sini pemukiman, bukan untuk industri. Mau dihidupkan, tapi tidak bisa,” kata dia.
Baca Juga: Direksi dan Karyawan Sekar Laut Sidoarjo Kompak Dukung Khofifah, Disebut Cagub Paling Ngayomi
Lahuri mengaku, dia bertugas menjaga aset pemerintah. “Di sini saya hanya menjaga aset dari pemerintah, membayar listrik dan menghidupi 2 anak buah saya. Dulu ada 6 pegawai, tapi tidak kuat membayar, jadinya cukup 2 saja. Saya itu kadang bingung, bagaimana bisa dapat uang untuk membayar pegawai saya. Maunya saya, ya saya tutup. Tapi yang dua ini dikemanakan? Mereka mengaku sudah cocok di sini. Jadi, bayaran pegawai itu seadanya. Kalau dibuat laporan, saya bingung karena minus 2 bulan,” jlentreh dia.
Dengan pemasukan yang sedikit, pegawai pun menerima upah seadanya. Sedangkan penanggung jawabnya tidak mendapat apa-apa, bahkan rugi. Lahuri mengambil uang pribadinya untuk membayar listrik dan uang makan pegawai.
“Di sini tidak ada anggaran masuk, listrik ya bayar sendiri dari jasa-jasa, kadang-kadang kalau ramai ya cukup, kalau sepi seperti ini atau puasaan, ya saya rugi. Saya pakai uang pribadi. Jadi uang yang masuk, impas untuk pengeluaran. Tidak ada untuk saya sendiri, bahkan kalau sepi saya sangat rugi. Soalnya tahun 2015 ini grafiknya turun drastis. Bahkan, saat ada bagian gedung yang ambruk, saya betulkan sendiri, dan pegawai saya liburkan karena sepi.”
Baca Juga: Kepergok Pemilik saat Beraksi, Maling Motor di Anggaswangi Sidoarjo Ditangkap Warga, 1 Orang DPO
Dia mengakui, dahulu tempat ini ramai dan dipercayai banyak orang, namun seiring berjalannya waktu, semakin banyaknya pesaing, sedangkan alat-alatnya sudah tidak memadai, mengalahkan UKM baru dengan alat baru
“Dahulu disini vital dan sangat dibutuhkan. Tapi UKM sekarang sudah punya sendiri-sendiri alat-alatnya, lebih modern ketimbang di sini. Saya ke Jakarta untuk mengajukan permintaan alat baru, dikarenakan mesin di sini sudah tak presisi lagi. Namun tidak ada hasilnya. Sehingga, sekarang orang-orang ke sini biasanya hanya untuk konsultasi/sharing mengenai besi atau logam.”
Mengingat tempat ini hanya jasa pembinaan, sehingga yang datang ke UPT ini pun memberi uang jasa semampunya. “Kondisi MEA ini, sangat pengaruh, saya lari keluar cari yang baru, tidak hanya bergantung di sini saja. Disini bukan produksi, di sini tempat pembinaan, terkadang pelanggan tidak memberi uang jasa. Terkadang hanya membayar setengahnya, minta cepat, kalau tidak dikerjakan marah-marah.”
Baca Juga: Maling di Sidoarjo Gasak 2 HP dan Uang Tunai
“Rencananya, UKM besi/logam yang omzetnya di atas Rp 200 juta, dialokasi ke daerah Jabon, sedangkan aset di bawah itu, masih bisa di sini. Rencana ini untuk tahun 2025 mendatang.” (faratiti dewi/UTM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News