BANGKALAN, BANGSAONLINE.com – Sejalan dengan mulai perkembangan dan ‘terbukanya’ pulau Madura, semestinya dibarengi dengan keterbukaan informasi. Namun, ratusan pulau-pulau kecil di Madura, tak bisa mengakses informasi sama sekali.
Bahkan perkembangan di pulau Madura itu, belum dinilai mentas dari stigma kurang maju, karena masih kurangnya media informasi yang bisa menjangkau seluruh wilayah.
Baca Juga: Tegas Ingatkan soal Netralitas ASN, Pj Bupati Pamekasan: Bawaslu Bisa Melacak secara Digital
Untuk bisa menjadi destinasi wisata, Madura harus diimbangi oleh keterbukaan informasi publik. “Keterbukaan informasi publik di Madura belum sesuai harapan, keterbukaan informasi di Madura masih dimiliki oleh pengusaha, terutama birokasi politik. Akibatnya, mobilisasi masyarakat bukan atas inisiatif sendiri. Akhirnya, sering terjadi pelanggaran pemilu di Madura, karena soal mobilisasi yang bukan inisiatif sendiri itu,” kata Surochiem Abdus Salam (42), pengamat komunikasi dari Universitas Trunojoyo Madura.
Surochiem yang juga Ketua Divisi Kelembagaan dan Sosialisasi KPID Jatim ini, beranggapan bahwa Madura belum terbuka akan lalu lintas informasi. Mereka hanya terpusat oleh satu informasi yaitu, kepala desa atau klebun. Sehingga masyarakat Madura tidak akan mendengarkan informasi dari siapapun, kecuali kepala desa.
“Contoh nyatanya saja, Klebun (Kepala Desa) bisa mengendalikan suara warganya, itu memungkinkan karena politik itu berlangsung lama. Jadi, warga lah yang seharusnya diberdayakan, dengan cara membuka kran informasi sebesar-besarnya. Jika pengetahuan warga berkembang, maka akan terjadi partisipasi,” kata dia yang juga Peneliti Media Spesialist SSC ini.
Baca Juga: Proyek Irigasi P3-TGAI Desa Bringin Sampang Masuk Tahap Pengerjaan, Diduga Tak Sesuai Perencanaan
“Oleh karena itu di Program Studi Ilmu Komunikasi yang berhubungan dengan media, selalu membuka informasi di pulau-pulau terpencil, agar Madura memiliki keterbukaan informasi publik. Dan dengan keterbukaan ini, warga pulau terpencil akan bisa menilai, bahkan mengontrol,” ungkap dosen yang menjadi ada Local Partner the Ridep Institude ini.
Menurut dia, yang penting hadir dalam warga Madura saat ini adalah media. Dengan kehadiran media maka masyarakat Madura mendapat akses informasi baru. “Oleh karena itu, jika ingin memajukan Madura, maka harus membangun media informasi di pedesaan, agar warga pedesaan lebih maju dan paham akan informasi.”
“Media di pedesaan harusnya bisa menjangkau warga di seluruh Madura. Sementara ini yang kita lihat, media-media belum menjangkau wilayah pinggiran bahkan terpencil. Media televisi saat ini hanya menjangkau wilayah perkotaan. Sedangkan yang di pedesaan belum. Apalagi di Madura, ada 126 kepulauan kecil, dan media belum menjangkaunya. Akses informasi di kepulauan di Madura minim,” simpul dia, yang menjadi Local Partner Founding Father House.
Baca Juga: Polda Jatim Kembali Periksa 12 Saksi Kasus Dugaan Korupsi Proyek Lapen Sampang
“Sebanyak 126 pulau dan wilayah tidak sedikit, dan rata-rata sangat ketinggalan informasi. Oleh karena itu, kita semua perlu membuka media informasi di pedesaan Madura yang terpencil,” ujar Dia
Setidaknya, aksi yang dilakukan Surochiem dan rekan-rekan dosen serta mahasiswa Ilmu Komunikasi UTM, membuka 1 media radio komunitas di Pulau Mandangin. Tujuannya, agar warga pulau Mandangin mempunyai media yang bisa mengakses informasi. Harapan dia, muncul perubahan lebih baik di pulau Mandangin. “Sejauh ini, dari 126 kepulauan, hanya 1 pulau yang sudah kami buka informasi yaitu radio komunitas di Pulau Mandangin. Setidaknya, saat ini Pulau Mandangin lebih maju daripada sebelum ada media informasi,” ungkap Dia
Di sisi lain, terkait keinginan Madura menjadi Provinsi sendiri, Dia menganalisis, “Pihak terkait perlu melakukan pembenahan kultural, dan upaya marketing places Madura. Tidak dipungkiri, selama ini Madura masih dikenal dari hal-hal negatif seperti kekerasan dan juga tidak welcome,” kata Dia
Baca Juga: Pesan Dandim 0827 Sumenep Usai Hadiri Upacara Peringatan Hari Pahlawan 2024 di Kantor Bupati
Hal ini, menurut Surochiem, masih susah untuk dihilangkan. Untuk itu, perlu perhatian lebih untuk aspek security dan savety di Madura. Jika hal itu bisa diminimalisasi, marketing places Madura bisa dilakukan dengan mudah. Madura perlu branding baru, jika ingin dikembangkan sebagai destinasi wisata. (faratiti dewi/UTM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News