Kisah Minto, Pengamen Waria di Lamongan, Mampu Biayai Anak Kuliah di Perguruan Tinggi

Kisah Minto, Pengamen Waria di Lamongan, Mampu Biayai Anak Kuliah di Perguruan Tinggi Minto jadi rebutan mahasiswa untuk selfie.

LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Saat mengawali perjalanannya sebagai pengamen, Suminto atau yang akrab dipanggil Minto, seorang Waria (Wanita tapi pria) asal Lamongan mengaku malu. Namun karena tekanan ekonomi, membuatnya harus tiap sore menjelang maghrib harus ngamen mencari duit.

"Nek isin, gak mangan mas (Kalau malu tidak makan mas-red)," ujarnya dikutip dari HARIAN BANGSA di Alun-alun Lamongan.

Menurut laki-laki berusia 52 tahun ini, menjadi pengamen merupakan pekerjaan yang paling mungkin dilakukan mengingat tidak ada lapangan kerja yang memberinya kesempatan untuk bekerja. Beberapa temannya yang memiliki modal usaha, bisa membuka usaha sendiri, seperti salon. Namun, sejauh ini ia tidak memiliki cukup modal untuk beralih profesi.

Kesempatan kerja yang ada, sambung anak bungsu dari empat bersaudara ini, mengharuskan orang dengan jelas menentukan identitas seksualnya yang tampak dari penampilan fisik. "Tidak mungkin kan saya berpakaian laki-laki dan kerja sebagai pegawai," candanya.

Berpenampilan ala perempuan dirasa paling pas. Awalnya pandangan miring masyarakat sekitar membuatnya semakin sulit diterima di pergaulan umum. Untungnya, keluarganya tidak pernah mempersoalkan kondisinya.

"Keluarga tidak ada masalah, tapi masyarakat banyak yang menghina, padahal aku juga makhluk tuhan," ujar Minto yang mengaku tinggal di Sukodadi.

Bagi Minto, bekerja merupakan kewajiban yang harus dikerjakan. Apalagi dalam menjalani kehidupan sehari-hari dirinya harus menanggung biaya kuliah 'anaknya' yang sedang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali.

"Saya punya anak, tapi bukan saya yang melahirkan, anak adik saya, tapi sudah saya anggap anak. Setiap bulan saya kirimi uang Rp 2,5 Juta, uang darimana kalau tidak kerja," ujarnya

Meski tidak luput dari ejekan banyak orang, tetapi Minto mengaku hasil kerjanya mampu memberikan ketenangan dalam hidup, di antaranya bisa membesarkan anaknya dan membiayai kuliahnya.

"Kalau ada rezeki lebih saya belikan perhiasan, tapi banyak yang sinis ketika melihat perhiasan gelang di tangan saya ini. Banyak yang ngira emas palsu, padahal semuanya asli, kalau mau tahu suratnya ada," ujarnya. (qom/rev)