GRESIK, BANGSAONLINE.com - Pernyataan Direktur Public Affair PT Freeport Indonesia (FI), Clementino Lamury bahwa Freeport tidak memiliki dana untuk membangun pabrik Smelter (pemurnian) bahan emas di Kabupaten Gresik, mendapatkan reaksi keras DPC PDIP Gresik. Pernyataan Clementino Lamury itu dilontarkan di hadapan rombongan Panja Freeport dan Komisi VII DPR, saat kunjungan ke PT. Petrokimia Gresik, Jumat (21/10) kemarin
"Bohong kalau PT. Freeport tidak ada dana untuk membangun Smelter di Kabupaten Gresik," kata Ketua DPC PDIP Kabupaten Gresik, Ir. Hj. Siti Muafiyah kepada BANGSAONLINE, Sabtu (22/10).
Baca Juga: Satpol PP Gresik Gagalkan Pengiriman Miras asal Bali ke Pulau Bawean
Menurut Muafiyah, pernyaaan Freeport tidak ada dana untuk membangun Smelter di Gresik itu hanya akal-akalan. Sebab, Freeport tetap ngotot tidak mau membangun Smelter di Indonesia.
Perusaahaan yang puluhan tahun mengeruk tambang emas di Papua ini tetap ngotot membangun Smelter di Jepang. Nah, kalau Freeport membatalkan membangun Smelter di Indonesia, dan membangun di Jepang, sedangkan tetap mengeruk tambang emas di Papua, maka Indonesia akan menderita kerugian sedikitnya Rp 125 triliun setiap tahunnya.
Pertimbangan lain, Freeport tidak mau membangun Smelter di Indonesia karena perpanjangan kontrak untuk penambangan emas di Papua hingga sekarang belum diputuskan Pemerintah Indonesia. "Pemerintah tidak mau dikadali Freeport. Pokoknya Smelter tetap harus dibangun di Indonesia," terang politisi senior PDIP asal Kecamatan Manyar ini.
Baca Juga: Di Pasar Baru Gresik, Khofifah Panen Dukungan dan Gelar Cek Kesehatan Gratis
Muafiyah mengaku tetap yakin kalau Smelter tetap akan dibangun di Kabupaten Gresik, meski hingga saat ini masih ada tarik ulur kepentingan politik soal lokasi pembangunan Smelter antara di Papua atau di Kabupaten Gresik.
Ia juga berharap jangan sampai ada intervensi dari pihak manapun soal lokasi Smelter di Kabupaten Gresik. "Sampai saai ini saya tetap yakin Smelter Freeport dibangun di Kabupaten Gresik. Lahannya di antaranya wilayah industri Petrokimia Gresik," tuturnya.
"Sebab, di pabrik Petrokimia Gresik tersebut dua perusahaan sama-sama membutuhkan sinergisitas untuk kelangsungan industri," imbuhnya
Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Toko Budi Snack di Manyar Gresik Terbakar
Begitu juga pabrik di sekitar Petrokimia, misalnya PT. Smelting. Perusahaan peleburan tembaga itu juga bisa melakukan kerjasama dengan Smelter dalam kelangsungan industri.
"Terus mau direkayasa apalagi soal lahan Smelter Freepot. Kalau sudah layak di Petrokimia ya sudah diizinkan di sana saja, jangan dipolitisir lagi untuk kepentingan segelintir orang," pinta politisi senior PDIP ini.
Muafiyah menegaskan, pihaknya lebih mendukung kalau Smelter Freepot tetap dibangun di wilayah industri Petrokimia Gresik. Sebab, perusahaan tersebut lebih cocok berada di wilayah pabrik pupuk tersebut. "Karena salah satu bahan yang dibutuhkan Petro adalah bahan reagent dari Freeport," jelasnya.
Baca Juga: Jalankan Putusan PN, Kejari Gresik Keluarkan Nur Hasim dari Rutan Banjarsari
Selain itu, lanjut Muafiyah Petrokimia juga membutuhkan sampah yang dibuang oleh smelter Freeport Indonesia yang akan bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk dan fosphoric acid (asam fosfat) . “Setahu kami sampah yang dihasilkan dari smelter hampir 75 persen sangat dibutuhkan sebagai bahan baku pabrik pupuk,” terangnya.
Untuk itu, kata Muafiyah sudah sepatutnya Smelter Freeport tersebut terintegrasi dengan pabrik pupuk. Dan, jangan dijauhkan dengan lokasi pabrik pupuk. "Kelak kalau Smelter dibangun di wilayah industri Petrokimia juga bisa mengatasi masalah efisiensi produksi pupuk," paparnya.
Muafiyah berharap, proyek Smelter Freeport bisa secepatnya direalisasikan. Sehingga, keberadaan industri tambang asal Amerika Serikat tersebut bisa menambah pundi-pundi pendapatan asli daerah, dan membuka lapangan pekerjaan. "Sehingga, bisa mengurangi angka pengangguran," pungkasnya. (hud/rev)
Baca Juga: Pascakebakaran, Presdir PTFI Inspeksi Lokasi Common Gas Cleaning Plant di Smelter Gresik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News