SURABAYA (BangsaOnline) - Pengurus
Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur akan menugaskan 20 kadernya untuk
mendampingi para bekas pekerja seks komersial (PSK) dan warga di lokalisasi Dolly-Jarak, setelah
penutupan yang rencananya akan dideklarasikan Pemkot Surabaya Rabu (18/6/2014)
malam nanti.
Sekretaris PWNU Jatim Akh Muzakki mengatakan, penugasan 20 pendamping dilakukan
sebagai bentuk sokongan NU Jatim terhadap upaya pemkot menutup tempat sarang
maksiat di Dolly-Jarak. "Ada 20 dai nantinya yang akan NU tugaskan untuk
menjadi pendamping," katanya ditemui di kampus Universitas Islam Negeri
(UIN) Sunan Ampel Surabaya, Rabu (18/6/2014).
Zakki menjelaskan, NU ikut mendukung penutupan Dolly karena itu bagian dari
tugas ulama-ulama NU di Jatim. Menurutnya, Jatim merupakan barometer NU dan
ulama di Indonesia. Nah, sebagai provinsi yang kental dengan tradisi keislaman
dan jumlah ulamanya yang banyak, tentu NU sangat mendukung terhadap penutupan
lokalisasi yang konon terbesar se Asia Tenggara itu.
Zakki berpendapat, penutupan lokalisasi Dolly-Jarak memang harus segera
dilakukan. Ia menyadari dampak setelah penutupan pasti ada. Begitu juga reaksi
penolakan pasti muncul, terutama dari pekerja dan warga yang menggantungkan
sumber rezekinya dari Dolly. "Nah, tugas pemerintah di sini adalah
bagaimana menemukan titik kompromi sehingga penutupan tidak menimbulkan dampak
yang lebih buruk," ujar Zakki.
Menurutnya, langkah pemkot dalam melakukan tahapan penutupan Dolly-Jarak sudah
tepat. Dan kompensasi dan pendampingan yang ditawarkan pemkot bagian dari
menemukan solusi kompromistis itu.
"Tentu sekarang konteksnya beda dengan penutupan lokalisasi seperti di
Kramat Tunggak di Jakarta dulu. Saat itu konteksnya masih Orde Baru, demokrasi
masih tertutup. Nah, untuk Dolly harus ditemukan titik kompromi antara
pemerintah dengan pihak Dolly," tandas dosen UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News