BATU, BANGSAONLINE.com - Protection of Forest & Fauna (PROFAUNA) Indonesia, lembaga independen internasional yang bergerak di bidang perlindungan hutan dan satwa liar angkat bicara terkait peristiwa penerkaman bocah oleh harimau di Museum Jatim Park. Rosek Nursahid, pendiri PROFAUNA saat dikonfirmasi Kamis (16/3/17), mengimbau agar masyarakat tidak menggunakan satwa sebagai obyek foto mengingat risiko dan potensi bahaya yang tak bisa diduga.
"Foto dengan satwa di kebun binatang itu bukan tindakan yang bijak. Karena ada potensi berbahaya untuk pengunjung, juga membuat satwa stress," ungkap Rosek, Kamis (16/3/17).
Baca Juga: Siap-siap! Dino Night Run Season 2 Segera Digelar JTP Group
Selain risiko satwa yang ngamuk akibat stres, pengunjung juga berpeluang tertular penyakit zoonosis dari satwa. Hal ini sangat berisiko tinggi.
"Menggunakan satwa di kebun binatang untuk foto itu mengabaikan standar animal welfare dan merupakan bentuk eksploitasi. Bahkan, PROFAUNA dan Indonesian Society for Animal Welfare (ISAW) mendesak agar kegiatan foto dengan satwa secara langsung di kebun binatang itu agar dihentikan," tegas dia pada wartawan BANGSAONLINE.com, Kamis (16/3/17) melalui selulernya.
Sebelumnya, seorang siswi Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita, Doho, Kabupaten Kediri, bernama Triana Ayu Putri (4), mengalami luka akibat dicakar anak harimau benggala di Jatim Park II, Kota Batu.
Baca Juga: Operasi Mantap Praja Semeru 2024, Polres Batu Antisipasi Potensi Kerawanan Pilkada 2024
Putri kini masih dalam perawatan intensif di RS Baptis, Kota Batu, setelah menjalani operasi dari beberapa luka yang dialami.
Pihak manajemen Jatim Park Group menyatakan bertanggung jawab penuh terkait biaya pengobatan. Meski begitu, masyarakat diimbau agar tidak mengabaikan beberapa risiko dan kerawanan tertularnya virus dari hewan yang saat mengajaknya berfoto. (bt1/thu/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News