KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pemkot Mojokerto saat ini tengah gandrung energi alternatif. Tak hanya tinja dan sampah, kotoran sapi pun kini tak luput dari permakan pejabat "kota onde-onde ini". Seperti apa gebrakan para inisiatornya, berikut reportasenya.
Sejak dasawarsa silam, Pemkot Mojokerto melirik pengembangan energi alternatif. Saat itu, kotoran manusia atau lazim disebut tinja disulap jadi semacam bio gas. Bersama dengan lembaga swadaya masyarakat setempat, mereka mengadakan proyek ini di beberapa tempat.
Baca Juga: Kota Mojokerto Mulai Uji Coba Makan Bergizi Gratis Bagi 14 Ribu Siswa SD-SMPN
Seperti di area pasar Tanjung Anyar dan kelurahan Suratan. Pemkot menyediakan lahan sanitasi berupa toilet-toilet umum dengan harapan warga sekitar memanfaatkannya untuk menyalurkan hasrat buang air besarnya. Sampai sekarang, program tersebut lancar dan biogas dari pengolahan BAB tersebut tetap bermanfaat bagi warga sekitarnya.
Tak ubahnya dengan program pengolahan sanitasi masyarakat, Dinas Kebersihan yang kini beralih nama menjadi Dinas Lingkungan Hidup terus mengembangkan gas metannya yang berbasis dari pengolahan sampah rumah tangga di Randegan, Sekarputih.
Dari lokasi yang kini menjadi tempat wisata itu, tak kurang dari 50 warga sekitar merasakan kreasi pemda setempat. Ketika yang lain harus berjibaku dengan kelangkaan elpiji dan mahalnya energi gas ini, masyarakat Randegan sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tinggal nyethik kompor gasnya secara gratis.
Baca Juga: Pemkot Mojokerto Gelar Puncak Peringatan HUT ke-79 PGRI dan Hari Guru Nasional 2024
Dan yang paling gres, adalah pengembangan biogas berbasis kotoran hewan khususnya sapi. Lokasi yang ditunjuk adalah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Randegan.
"Saat ini kita bermitra dengan sejumlah ahli pengembangan energi alternatif asal Batu untuk mengubah kotoran sapi ini menjadi energi gas. Hasilnya seperti ini, bisa Anda saksikan sendiri," papar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Mojokerto, Happy Dwi Prasetyawan, usai launching biogas, (9/6) kemarin.
Mantan kadis Kebersihan ini mengungkapkan, proyek ini sebagai tindak lanjut dari program Kota Sehat yang dicanangkan Wali Kota.
Baca Juga: Punya Bukit Teletubbies, TPA Randegan Serap Kunjungan Wisata Daerah
"Sebagai tindaklanjut dari program Kota Sehat, kami mencoba memimalisir sampah yang terbuang dan mengubahnya menjadi energi yang bermanfaat," urainya.
Meski demikian, program ini bukan tanpa rintangan. Untuk memproduksi gas dalam skala lebih besar pihaknya terkendala jumlah sapi yang hendak dipotong.
"RPH ini per hari hanya memotong antara 10-20 ekor sapi. Minimnya jumlah membuat kita sementara ini hanya bisa memproduksi gas yang mencukupi lima rumah tangga saja," keluhnya.
Baca Juga: 3 Raperda Hasil Fasilitasi Gubernur Jatim Turun, Pemkot Mojokerto Sodorkan 5 Raperda Baru
Karena itu, lanjut ia, pihaknya akan menghimpun pemilik hewan ternak untuk memelihara sapinya di lingkungan RPH ini sehingga akan menghasilkan kotoran sapi dalam jumlah lebih besar. Dengan demikian, maka kandungan biogas bisa didapatkan dari program ini nantinya bisa lebih banyak.
Sementara itu, Ismari, ahli biogas yang menjadi mitra dinas ini mengungkapkan kemampuan rata-rata produksi kotoran sapi di RPH Randegan hanya 100 kg. "Hal ini hanya menghasilkan kapasitas gas 0,04 per m3. Jumlah ini sangat terbatas dan hanya bisa menjangkau lima rumah saja," terangnya.
Menurut ia, kalau mau mengembangkan usaha ini, maka jumlah sapi di tempat ini harus ditambah.
Baca Juga: Pemkot Mojokerto Sukses Turunkan Jumlah Pengangguran
Program daur ulang limbah ini diapresiasi Wali Kota Masud Yunus atau lebih dikenal sebagai Yai Ud.
"Kotoran hewan ini harus kita kelola dan kita manfaatkan yang dapat memenuhi prinsip ramah lingkungan. Maka dari itu instalasi biogas yang akan kita resmikan ini merupakan bentuk inovasi. Menjadikan sesuatu yang tidak ada gunanya menjadi bermanfaat untuk lingkungan sekitar," tambahnya.
"Sehingga dengan adanya pemanfaatan limbah ini menjadikan lingkungan menjadi lebih sehat. Jika lingkungan sehat akan berpengaruhiterhadap derajat kesehatan masyarakat kita. Kalau derajat masyarakat kita tinggi maka produktivitas meningkat dan endingnya kesejahteraan juga akan meningkat," pungkas Yai Ud.
Baca Juga: Sambut Kedatangan Tim Verlap KKS Jatim, Pj Wali Kota Mojokerto Pamer Keunggulan Daerah
Selain memproduksi gas, RPH ini juga mengembangkan kompos dari kotoran sapi. Kompos ini diberikan secara gratis kepada warga yang menghendakinya. (yep/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News