Tafsir Al-Nahl 125: Abu Hanifah dan Nasihat Keseleo Terompa

Tafsir Al-Nahl 125: Abu Hanifah dan Nasihat Keseleo Terompa Ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .  

Ud’u ilaa sabiili rabbika bialhikmati waalmaw’izhati alhasanati wajaadilhum biallatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa a’lamu biman dhalla ‘an sabiilihi wahuwa a’lamu bialmuhtadiina (125).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Dialah al-Imam Abu Hanifah, al-Nu'man ibn Tsabit pendiri madzahab Hanafi yang tergolong tabi'in, karena masih hidup sezaman dengan beberapa sahabat Nabi. Seantero Kufah dan beberapa kota besar di Irak memujinya, menghormat dan mengelu-elukan. Tidak saja karena ilmunya yang dalam, dia juga pengusaha papan atas yang bergerak di bidang ekspor-impor tekstil.

Syahdan, sang imam mendadak tertegun sembari meneteskan air mata, gara-gara anak kecil yang bicara ceplas-ceplos sekenanya. Kisahnya begini:

Di jalanan ada anak kecil memakai terompa (bekiak kayu berjepit, kayak sandal jepit, tapi terbuat dari kayu) berhak tinggi. Dia pakai jalan muter-muter sambil ketawa-ketawa tanpa memperhatikan keselamatan gerakannya.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Sebagai orang tua, sang imam melihat adegan berisiko itu langsung miris, lalu menasihati: "Nak... hati-hati dengan terompamu itu. Awas ya, jangan sampai kaki kamu keseleo ..". Anak itu menatap wajah sang imam dengan pendangan amat tajam, tanpa kesan minder sedikit pun. Di luar dugaan, dia berkata: "Terima kasih tuan atas nasihatnya. Tapi keseleonya kaki saya ini tidak seberapa berbahaya, paling hanya sakit. Dan.. tuan juga mohon lebih berhati-hati dalam berfatwa. Karena keseleonya fatwa tuan sungguh lebih berbahaya ...". 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO