Berawal dari Memanfaatkan Sapi Betina, Munculah Tradisi Sapi Sonok di Madura

Berawal dari Memanfaatkan Sapi Betina, Munculah Tradisi Sapi Sonok di Madura Tampilan sapi sonok. foto: Tari/ BANGSAONLINE

BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Pulau Madura memang identik dengan sapi kerap. Dan sapi kerap itu semuanya adalah sapi jantan. Lantas? Bagaimana dengan sapi betina? yang juga diperlakukan sangat istimewa dalam pemeliharaan?

Maka, muncullah tradisi sapi sonok. Yaitu tampilan sepasang sapi betina yang diperlakukan secara “manja” oleh pemiliknya dengan perlakuan-perlakuan khusus yang berbeda dengan sapi pada umumnya.

Baca Juga: Upacara Harjad ke-494 Kabupaten Pamekasan Hadirkan Ratusan Penari Topeng Getak dan Ronggeng

Sapi–sapi unggul dari berbagai penjuru Pulau Madura itu bersiap mengikuti kontes sapi sonok, ajang silaturahmi para pemilik sapi di Madura yang dikembangkan menjadi kontes sapi sejak tahun 1951.

Sapi sonok ini berbeda dengan kerapan sapi. Kerapan sapi merupakan sepasang sapi jantan yang dinilai dari kecepatan lari, sedangkan sapi sonok merupakan sepasang sapi betina yang dihias cantik dan dimanja. Penilaian tertuju kepada kecantikandan keanggunan sapi. Sapi-sapi ini dirawat agar bulunya bagus, badannya sintal dan bisa berjalan serempak bersama pasangannya seerti pasukan yang sedang baris-berbaris.

Sapi sonok ini tidak dipacu dan ditunggangi. Ia, malah diiringi musik dan tari-tarian saronen.

Baca Juga: Pertama Kali di Pamekasan, Gebyar Musik Daul se-Pulau Madura

Seperti layaknya model yang hendak melenggang di catwalk, sapi – sapi itu didandani dengan selempang keemasan di leher serta dada. Di leher sapi dipasang pangonong yaitu kayu perangkai sapi yang diukir indah dengan perpaduan warna merah dan kuning emas.

Penilaian pada kontes Sapi Sonok, disamping keindahan berjalan, juga pakaian yang dikenakan pasangan sapi, juga menentukan keserasian pasangan sapi ketika sampai di garis finish. Kaki depan kedua pasangan Sapi Sonok harus bersamaan naik ke altar yang terbuat dari kayu.

Hal ini menentukan bagus tidaknya sapi dalam kontes. Setelah mencapai garis finish para pemilik sapi langsung menari dengan para sinden yang menari mendampingi pasangan sapi kebanggaan.

Baca Juga: Memaknai Momentum Toron: Dari Aktualisasi hingga Tradisi

Dikatakan Sapi Sonok karena dalam kontes ini, sapi dilepas hingga menuju garis finish, diiringi berjalan di lintasan dan kemudian harus finish dengan masuk, biasanya orang Madura menyebutnya (Nyono’)di bawah sebuah gapura. Di garis finish ini, sapi-sapi dituntut bisa mengangkat kakinya secara bersamaan dan meletakkannya di sebuah kayu melintang. Kayu dibuat lebih tinggidari lintasan. Yang paling anggun dan serempak berjalan serta paling cepat meletakkan kakinya di papan melintang di bawah gapura adalah sapi yang memang sudah sangat terlatih dan secara ekonomis sapi tersebut semakin tinggi nilanya.

Sapi Sonok berawal dari dari kebiasaan petani dalam merawat sapi ternak. Setiap sore sapi – sapi betina ini dimandikan setelah itu ditali pada tonggak kayu dan kemudian berjejer rapi. Sebelum bisa tampil di Kontes Sapi Sonok, sapi – sapi dilatih sejak usia 3 tahun dengan perlakuan khusus dan nutrisi makanan terbaik.

Setiap seminggu sekali sapi – sapi tersebut rutin diberi jamu yang telah dicampur dengan sekitar 15 butir telur. Setiap tahun selalu diadakan Kontes Sapi Sonok dengan mendatangkan sapi – sapi terbaik dari seluruh wilayah Pulau Madura. Sapi juga menjadi identitas Pulau Madura yang sudah sangat terkenal dimana saja. Kontes Sapi Sonok ini hampir bersamaan dengan Kerapan Sapi yang rutin diselenggarakan.

Baca Juga: Pj Bupati Bangkalan Apresiasi Pentas Seni Sandur yang Digelar Syafiuddin

Masyarakat Madura rela merogoh kantongnya hanya demi membeli sepasang ekor sapi betina untuk diikutkan Kontes Sapi Sonok. Kisaran harga Rp100 - 200 juta untuk sepasang ekor Sapi Sonok.

Sedangkan Sapi Sonok yang sudah menjadi juara dalam Kontes Sapi Sonok maka harganya akan menjadi kisaran Rp400 juta untuk sepasang Sapi Sonok. “Karena saya penggemar sapi, tidak berani untuk menjualnya meskipun harganya mahal. Sebab saya, tidak bisa mengambil peranakan dar sapi terbaik yang jadi pemenang dalam kontes,” ujar Zainuddin yang menjadi salah satu penggemar Sapi Sonok asal Desa Waru, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Madura. (Tari/UTM)

Baca Juga: Panglima TNI Yudo Margono Apresiasi Kerapan Sapi, Ikut Lestarikan Budaya Madura

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO