Tafsir Al-Isra 1: Pengantar

Tafsir Al-Isra 1: Pengantar

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

Subhaana alladzii asraa bi’abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii’u albashiiru (1).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Gunung-Gunung Ikut Bertasbih

Nama surah kaji ini, al-Isra', karena membicarakan peristiwa isra', perjalanan malam Rasulullah SAW dari al-Masjid al-Haram Makkah ke masjid al-Aqsha, Palestina. Juga bernama surah Bani Israil, karena mengungkap prilaku Bani Israil, anak keturunan nabi Ya'qub yang cukup menorehkan sejarah. Ada sisi baik dan ada bawel. Dari mereka inilah, Rasulullah Muhammad SAW banyak belajar.

Sesungguhnya hanya satu ayat pertama saja yang bicara soal isra'. Karena peristiwa ini paling monumental dan spektakuler, maka layak diangkat sebagai nama surah. Sedangkan ayat kedua dan beberapa ayat selanjutnya membahas Bani Israil dengan segala sifatnya. Surah yang berisikan 111 ayat ini dikategorikan sebagai Makkiyah, kecuali tiga ayat, yakni: 60, 76 dan 80 atau 107 versi Muqatil.

Terkait isi, akhir surah al-Nahl yang mengangkat betapa penting kerja dakwah, sehingga ada bimbingan teknik untuk berbagai lapisan umat. Ada cara yang mengarah ke masyarakat umum dan ada untuk kelas khusus. Ada cara orasi dan ada cara bukti. Ada penuturan terbuka dan ada penuturan tertutup.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Nabi Daud Melahirkan Generasi Lebih Hebat, Bukan Memaksakan Jabatan

Ada seseorang yang mengkritik pemimpin di depan umum lugas dan tegas. Kritik itu benar dan si pemimpin memang perlu diluruskan. Tapi etika agama melarang. Rasul mulia itu menasihati: Pegang tangannya dan ajaklah dia masuk ke dalam. Lalu berbisiklah menasihati.

Ya, apapun pangkatnya, pemimpin itu manusia yang punya gensi dan harga diri. Menghargai kemanusiaan adalah kemuliaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO