12 Tahun Derita Hydrochepalus, Nur Rokhim hanya Bisa Tiduran

12 Tahun Derita Hydrochepalus, Nur Rokhim hanya Bisa Tiduran

MADIUN, BANGSAONLINE.com - Nur Rokhim (13), bocah asal Dukuh Prati, Desa Klumutan, Kecamatan Saradan, Kabupaten ini sehari-harinya hanya bisa tiduran. Pasalnya, anak ketiga dari pasangan Siswanto (53) dan Daminah (48) ini menderita penyakit hydrochepalus sejak usia 1,5 tahun. 

"Anak saya lahir normal seperti anak-anak umumnya. Bahkan usia 1,5 tahun sudah bisa jalan dan sangat lucu. Kemudian, suatu hari badannya tiba-tiba panas dan kejang. Kemudian kita bawa ke Panti Waloyo Caruban, kemudian dirujuk ke rumah sakit dr Soedono dan dirujuk ke Surabaya Rumah Sakit Dokter Soetomo. Selang 40 hari baru diketahui penyakitnya," ujar Daminah.

Baca Juga: Pencurian di Pasar Sindon, BUMDes Sidomulyo Terkesan Acuh

Pasca sakit itu, badan Nur Rokhim kemudian semakin kurus. Sehari-harinya ia hanya bisa tidurkan di lantai tanah beralaskan tikar. Kondisi ini semakin memprihatinkan karena tikar tersebut harus diolesi kapur anti semut.

"Jika tidak, sering dikerumuti semut di bagian mata dan telinga karena mungkin banyak cairan," ujar Daminah, ibu Nur Rokhim.

Orang tua Nur Rokhim sendiri memang tergolong kurang mampu, Siswanto kerjanya hanya buruh tani dan terkadang keliling mencari rosok kadang. Sedangkan Daminah tidak bisa bekerja karena harus menemani Nur Rokhim.

Baca Juga: Selama Uji Coba, Operasional KA BIAS Tuai Respons Positif Masyarakat di Daop 7

Untuk membelikan Nur Rokhim susu saja, Siswanto dan Daminah mengaku kesulitan. "Biasanya cuma saya kasih teh. Penghasilan kami hanya Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per hari. Hampir setiap bulan Nur harus dirawat di Rumah Sakit dan saya tidak bisa bekerja jika Nur dirawat di Rumah Sakit,” ujar Siswanto.

Sementara Kepala Desa Klumutan, Agus Proklamanto, mengaku sudah berupaya agar keluarga Siswanto mendapatkan bantuan untuk meringankan bebannya. Saat ini mereka sudah mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan, dan juga bantuan sosial dari desa berupa uang.

“Sebenarnya Pemkab sudah mengetahui masalah Nur Rokhim saat Bakti Sosial Terpadu (BST) tahun 2012. Saat itu Pemkab sudah menawarkan untuk dibawa ke rumah sakit, tapi pihak keluarga tidak mau dengan alasan yang tidak kita ketahui,” ujar Agus. (hen/rev)

Baca Juga: Sibuk Kegiatan Kampus? Mahasiswi ini Ajak Jaga Pola Hidup Sehat dan Ungkap Manfaat Jadi Peserta JKN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO