SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Potensi pertarungan dua pasangan calon di Pemilihan Gubernur Jawa Timur semakin kentara setelah IPOL Indonesia melakukan riset pemberitaan di sejumlah media. Dari rekam jejak pemberitaan, Polarisasi kekuatan mengerucut pada dua kubu yang bertarung, sehingga hanya muncul dua nama paling signifikan, yakni Saifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa.
“Potensi paslon ada dua nama, namun masih terlalu dini untuk membuat justifikasi karena tahapan penetapan masih kurang 3 bulan,” ujar Petrus Hariyanto, CEO IPOL Indonesia, Kamis (2/11).
Baca Juga: Sahabat Ning Lia Nganjuk Sokong Lia Istifhama Menuju DPD RI
Dari data IPOL Media Monitoring yang merupakan bagian dari Teknologi Politik (Teknopol), pihaknya menjelaskan bahwa ada kecenderungan arus informasi yang menghendaki poros baru di luar kandidat yang sudah ada.
Poros baru ini, lanjut Petrus, bisa digagas oleh Gerindra, PAN dan PKS, sebab proporsi perolehan kursi mencukupi untuk mengusung kandidat sendiri. “Gerindra masih menentukan calon, sementara PAN sudah merilis nama Masfuk/Suyoto. Koalisi dua parpol ini sudah cukup, artinya tanpa PKS pun, Poros baru ini bisa terbentuk,” ujarnya.
Riset IPOL dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan, dengan metode penjaringan data di sosmed, maupun di media massa menggunakan teknologi (AI) Artificial Intelligent. Hasilnya, dalam minggu terakhir tone pemberitaan mengarah pada poros baru.
Baca Juga: KPU Jatim Ajukan Anggaran Pilgub Rp 1,9 Triliun, DPRD Jatim: Tak Masalah, Asal...
Siapa kandidat yang berpotensi dalam pembentukan poros baru? Berdasarkan data ekspos media dalam kurun waktu 3 bulan, IPOL mencatat ada 16.729 pemberitaan yang memuculkan ada nama-nama yang berpotensi untuk membuat poros baru seperti La Nyalla, Emil Dardak, Nurwiyatno, Ipong, Masfuk, Suyoto, AHY, Rendra.
“Di luar nama itu, memang ada nama Kusnadi, Budi Sulistiyono yang cukup kuat, namun keduanya dipastikan tidak akan maju karena rekomendasi PDIP sudah turun ke Saifullah – Azwar Anas,” ujarnya.
Bagaimana peluang Demokrat? Tren Partai yang di ketuai SBY ini masih dinamis. Sejumlah pemberitaan masih menempatkan Demokrat sebagai pendulum politik. Hal ini terlihat dari statement petinggi demokrat yang menyebut kader pendamping khofifah harus ber-KTA Demokrat. Bahkan Ketua DPD Demokrat Jatim, Soekarwo juga menegaskan meski partainya nanti menjadi pengusung terbesar bagi Khofifah, Gubernur Jatim ini tak akan menjadi jurkam.
Baca Juga: Ini 15 Nama Cagub Potensial Jatim 2024 Hasil FGD Political Centre
Berdasarkan analisa Teknopol, lanjut Petrus, passion pemberitaan muncul indikasi politik pendulum yang dijalankan Partai Demokrat. Partai berlogo Bintang ini secara implisit bisa disimpulkan akan mengunci posisi Calon Wakil Gubernur pendamping Khofifah.
“Artinya, jika nanti pendamping KIP bukan dari Demokrat, tentunya sangat berpotensi membangun poros baru bersama Gerindra, PAN yang sampai kini belum mengumumkan nama calon,” ujar Petrus.
Terkait kemungkinan sejumlah nama dalam poros baru itu, Petrus menjelaskan selama kurun waktu 1 bulan terakhir, ada 2 nama paling potensial untuk diusung, yakni La Nyalla dan Emil Dardak untuk menjadi Gubernur. Hal itu berdasarkan tone pemberitaan terhadap Emil Dardak yang mencapai 555 dan La Nyalla 501 news.
Baca Juga: Pada Pilgub Mendatang, Kiai Asep Minta Jangan Pilih Khofifah Lagi, Loh Kecewa?
Untuk posisi wakil, ada nama seperti Nurwiyatno, Masfuk, Ipong, Rendra, Suyoto. Tren Nurwiyatno dan Ipong terlihat menguat dalam hal pemberitaan. Ekpos Nurwiyatno mencapai 367, Masfuk 207, Ipong 200, Rendra 169, sedangkan Suyoto 144.
Sementara itu, Maman Suherman, Senior Advisor IPOL Indonesia menambahkan para warganet yang aware dengan ICT, sudah mulai aktif dalam sebuah kontestasi pilkada. “Tren ini menarik, dan harus di cermati sebagai bagian dari pendidikan politik. Seorang kandidat bisa di kenal pemilih adalah melalui pemberitaan, dan informasi yang mereka dapat dari Internet,” imbuhnya. (mdr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News