Tafsir Al-Isra 1: Haram Bagi Muslim Wisata ke Borobudur

Tafsir Al-Isra 1: Haram Bagi Muslim Wisata ke Borobudur Stupa di Candi Borobudur. foto: Kisah Asal Usul

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .

Subhaana alladzii asraa bi’abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii’u albashiiru (1).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Seperti dipaparkan sebelumnya, bahwa salah satu petikan hikmah dari peristiwa al-isra dan al-mi'raj adalah memperjalankan Nabi Muhammad SAW berwisata dan menghibur diri, menimba pengetahuan, dan memperkuat iman. Al-Masjid al-Aqsha Palestina ditunjuk sebagai satu-satunya destinasi wisata bumi, karena banyak pelajaran yang bisa diambil di sana. Maklum, Palestina adalah negeri para nabi terdahulu.

Yang jelas, masjid adalah tempat ibadah bagi umat islam, sehingga nyata sekali ajaran yang dikedepankan, yaitu: "Wisata yang baik adalah wisata yang bernilai ibadah, bermaslahah, dan bermanfaat menurut agama". Wisata yang memburu kesenangan, menghibur diri dari kekalutan, membuat jiwa lebih fresh, asal tidak bermaksiat tetap dibolehkan. Tentu saja nilai pahalanya berbeda. 

Menikmati pemandangan alam yang menakjubkan, kemudian direnungkan dengan tadabbur mendalam, apalagi menghasilkan ilmu atau menambah mantapnya keimanan kepada Sang Khaliq, maka itu wisata produktif dan berpahala. Imam al-Syafi'i sering bertadabbur dari alam yang dilihatnya, lalu bermunajah.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Wisata maksiat, seperti berduaan dengan wanita bukan mahram, tidur satu kamar, tentu saja dilarang. Wisata maksiat dengan biaya besar,tentu lebih berdosa. Selain dosa kemaksiatannya, dosa pula memubadzirkan uang. Bagimana dengan wisata ke situs budaya yang ternyata berefek mendukung kemusyrikan, seperti wisata ke candi Borobudur?

Beberapa hal, perlu dipahamai sebelumnya, antara lain: Pertama, candi Borobudur adalah tempat suci bagi umat budha. Panganut budha melakukan peribadatan di candi tersebut dengan memuja patung-patung sesembahan di sana.

Kedua, jika sesembahan itu mengarah kepada meyakini ada Tuhan selain Allah SWT, maka itu perbuatan syirik, menyekutukan Tuhan, dosa besar.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Ketiga, al-Qur'an menuturkan betapa nabi Ibrahim A.S. dihukum mati dengan cara dibakar, gara-gara dia menghancurkan patung-patung sesembahan raja Namrud dan rakyatnya. Tapi Tuhan menyelamatkan. Kemudian ditiru oleh nabi Muhammad SAW. Ketika berhasil menaklukkan kota Makkah, langkah pertama adalah membersihkan patung-patung sesembahan yang ada di sekitar Ka'bah.

Keempat, Borobudur adalah situs budaya, sekaligus keajaiban dunia yang dilindungi. Biaya perawatannya sangat banyak dan mahal. Dananya dari pemerintah dan retribusi wisata atau tiket masuk. Sementara yang kunjung berwisata ke Borobudur mayoritas kaum muslimin negeri ini. Jadi umat islam banyak menyumbang perawatan dan pelestarian Borobudur. 

Negeri ini begitu damai, Borobudur dan candi-candi lain tetap berdiri megah, utuh dan terawat. Hal itu terjadi sungguh lebih karena saking baiknya hati umat Islam, saking tingginya toleransi penduduk mayoritas negeri ini. Andai yang mayoritas adalah nonmuslim - demi Allah - tidak ada jaminan keadaan bernegara, berbangsa sebagus ini.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Hal demikian mengingat beberapa indikator yang telah terjadi dan nyata-nyata menunjuk hal demikian. Contoh kecil adalah pembantaian oleh penguasa Myanmar yang mayoritas beragama budha kepada umat islam di sana, di Rohingya. Dan itu tidak hanya sekarang, dulu-dulu lebih keji lagi.

Gadis-gadis muslimah diperkosa di hadapan orang tuanya di bawah ancaman senjata. Guru-guru al-Qur'an dipotong lidahnya sebelum dibantai. Belum lagi rumah, madrasah, pesantren, masjid, musala perpustakaan yang dibakar.

Pergilah ke Arab Saudi, di sana banyak etnis Rohingya beriqamah di sana. Hal itu, karena tahun 1970, raja Faisol menampung sekitar 500.000 pengungsi muslim Arakan, Rakhin, atau Rohingya.
Kelima, menurut al-Qur'an, umat Islam dilarang bantu-membantu dalam dosa, kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan dan permusuhan (al-Maidah:2).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Lebih tegas dari itu, al-Muddassir: 5, menyatakan, bahwa "patung sesembahan atau berhala itu harus dijauhi". Hal demikian agar keimanan kaum muslimin lebih terjaga dan bersih dari setiap elemen kemusyrikan selembut apapun. Itulah sikap keimanan tingkat tinggi.

Dengan dasar dan argumen di atas, Tafsir al-Qur'an aktual mengemukakan pendapat, bahwa berwisata ke candi Borobudur sama halnya dengan membantu pelestarian kemusyrikan yang sangat dilarang dalam agama kita. Maka, umat islam HARAM berwisata ke candi Borobudur.

Janganlah coba-coba ikut andil melestarikan kemusyrikan atau membantu perbuatan dosa. Anda akan menyesal di hari akhir nanti, karena pasti, pasti diminta pertanggungjawaban di hadapan Tuhan. Semoga Allah selalu menganugerahkan hidayah kepada kita.  

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO