BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meminta Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus dapat menjadi pelopor Islam Rahmatan lil 'alamin, yaitu Islam yang penuh kasih dan damai.
"Di era globalisasi, PMII dengan ideologi Ahlus-Sunnah wal Jama'ah, (Aswaja) atau Sunni memiliki tugas besar dalam menjaga kedamaian baik intern maupun antar umat beragama," terang Khofifah saat menjadi pembicara dalam Pelatihan Kader Lanjut (PKL) PMII se-Jawa Timur yang berlangsung di Bangkalan, Minggu (24/12).
Baca Juga: Sebanyak 4.447 Sapi di Jatim Sembuh dari Virus PMK, Khofifah Apresiasi Pemerintah hingga Peternak
Menurutnya, aswaja adalah konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, Islam, dan ihsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif.
"Kita tidak hanya memiliki tugas menjaga kedamaian Indonesia, tetapi tugas besar kita adalah menjaga dan memayungi dunia dengan Islam rahmatan lil 'alamin. Yaitu Islam dengan cinta kasih bagi seluruh alam," tuturnya.
Di hadapan kader PMII se-Jawa Timur, Khofifah yang kini juga tercatat sebagai Majelis Pembina Nasional (Mabinas) Pengurus Besar PMII, menyampaikan bahwa Gus Dur sebagai Agamawan yang juga Negarawan dapat menjadi referensi dalam berbagai aspek kehidupan.
Baca Juga: Dihadiri Khofifah dan Diimami Syaikh Fadhil, Jenazah Prof Ridlwan Nasir Dishalati Ribuan Jemaah
"Saya rasa Gus Dur telah memberikan referensi terbaik dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pikiran-pikiran besar Gus Dur harus terus kita gali dan kita implementasikan bersama," tegas Khofifah.
Ia menyebutkan sejumlah negara Islam yang tengah dilanda konflik di antaranya Pelestina, Suriah, Yaman, Mesir, Libya. Di sana, menurut Khofifah, tidak mudah ditemukan tokoh sentral yang menjadi rujukan jika ada perbedaan pendapat. Konsep Islam rahmatan lil alamin menjadi penting untuk didesiminasikan kembali sehingga berbagai perselisihan yang bisa mereduksi persaudaraan (ukhuwah) bisa dihindari.
"Maka PMII dapat memberikan teladan dengan saling menghargai antara sesama intern dan antar umat beragama, mengembangkan hidup rukun di tengah beragam perbedaan. Serta menjadikan perbedaan itu bukan sebagai sumber perpecahan melainkan menyadarinya sebagai keragaman, dan rahmat," terangnya.
Baca Juga: MK Harus Menolak, Selisih 5,4 Juta Suara, Gugatan Risma-Gus Hans Tak Punya Legal Standing
PKL yang diikuti kader-kader terbaik PMII se-Jatim ini diselenggarakan di Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) Kabupaten Bangkalan dengan mengusung tema "Progresivitas Gerakan: Membentuk Negarawan yang Berbudaya di Era Globalisasi".
PMII lahir dari rahim Nahdlatul Ulama pada tahun 1960. Pada tahun 1971 organisasi ini menyatakan independen atau lepas dari NU.
"Pada Muktamar NU tahun 2015 di Jombang, PMII dimasukkan sebagai badan otonom NU. Sehingga secara yuridis mereka merupakan banom NU," kata Khofifah. (*)
Baca Juga: HUT ke-24 Baznas, Khofifah Apresiasi Penyaluran Zakat Produktif untuk Kesejahteraan Masyarakat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News