Sumamburat: Sihir Tahunan

Sumamburat: Sihir Tahunan Suparto Wijoyo

Tahun 2017 merupakan sangkar waktu yang kini telah berakhir dengan jejak sangkala 2018. Tuhan sedang berkreasi secara pas atas mas agar manusia mengingat-ingat bahwa kehidupan bukanlah hamparan kosong tanpa batas. Waktu yang dicipta sebagai bukti bahwa hidup tidak bisa netral dan ”cuek bebek” tanpa pertanggungjawaban.

Lembar terakhir tahun 2017 dihiasi dengan bencana abu vulkanik Gunung Agung maupun Gunung Sinabung. Bencana mengepung belantika nurani nusantara. Lorong-lorong kampung di Indonesia menyisakan banyak masalah yang belum selesai dituntaskan. Kemiskinan menikam jutaan orang dalam setiap harinya. Pengangguran mengancam menjadi bom sosial yang siap meledak menghancurkan tatanan masyarakat yang timpang.

Tahun 2018 jelas akan penuh kejutan dan kepenatan yang mengiringi pilihan gubernur. Iklim politik sudah dapat diduga akan memanas meski masih dalam termometer demokrasi yang terteduhkan instighosah. Bertindak hati-hati adalah kunci keberhasilan. Ini tentu bukan ramalan namun pengingat bahwa amanat yang dipanggulkan kepada semua manusia mutlak dipersaksikan semesta.

Bukankah kita sudah hafal dengan cerita ini? Terdapat kisah, Sa’dun suka menulis surat kepada para khalifa seperti diceritakan Abdullah ibn Sahal yang dituturkan Abu Al-Qasim An-Naisaburi dalam kitabnya ’Uqala’ al-Majanin (1408H) yang telah diterjemahkan menjadi Kebijaksanaan Orang-orang Gila (2017): sesungguhnya Allah telah mengambil janji dari langit, bumi dan gunung. Lantas Allah meletakkan janji itu di atas pundak mereka. Seketika itu pula, bintang-bintang langit berserakan, matahari padam, bulan melemah, kaki-kaki penghuni langit tertawan dan bahu mereka bergetar.

Adapun kondisi bumi terlihat sudut-sudutnya meminggir, airnya mengeruh, pepohonannya menghamburkan daun, cabang, dan buah. Sementara kondisi gunung tampak puncapknya bergemuruh, lembahnya melelehkan lahar. Hal ini terjadi karena rasa takut pada amanah berat yang dipanggul mereka. Di pihak lain, manusia yang kondisinya lemah menerima diberi amanat sedemikian rupa, tetapi anggota tubuhmu tidak bergerak, sendi-sendimu pun tidak bergemetar. Engkau justru bersandar pada penipu. Engkau jadikan dunia sebagai tempat wisata di waktu kosong. Bangunlah dari tidur dan kantukmu sebelum engkau diliputi kesedihan.

Dalam zaman now saat ini, pemanggulan amanat itu harus dituntun ruas keselamatan. Itulah agama. Maka saya sangat bersyukur masih menyaksikan ramainya mushalla, masjid, langgar, surau-surau di seleuruh pelosok nusantara pada waktu para pemuja pesta mengiklankan acaranya yang nirleka (”mabuk”). Terharu menyimak lantunan doa di depan Kantor Gubernur Jatim yang dipadati orang bersholawat untuk menyingkap rahasia fajar 2018. Seberkas cahaya memancar dari setiap wajah yang mulutnya bergumam menyenandungkan Allah dan Rasulnya.

Hanya orang yang menjaga nalar sehatnya dalam kendali tauhid yang mampu menolak sihir tahunan. Dan siapkan dirimu menghadapi penyihir-penyihir politik yang sedang memanggungkan pertarungannya.

*Penulis adalah Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO