MALANG, BANGSAONLINE.com – Menyadari tingginya potensi pertanian di daerah Malang, membuat Suhariyadi (51) mengembangkan profesinya sebagai produsen kopi yang mengambil alih Kota Malang.
Sidoluhur kini telah banyak ditemui, terutama di Kota Malang raya, Blitar dan Sidoarjo. Hari menyadari jika Indonesia termasuk penghasil terbesar rempah-rempah yang diincar oleh negara asing, dan hal itu mebentuk tekadnya untuk membuka usaha kopi yang saat ini sudah menyebar di kawasan Malang tersenbut.
Baca Juga: Luncurkan Program GEMA, Pj Gubernur Jatim Dorong Inovasi Pengembangan Tembakau, Kopi, dan Kakao
“Dulu kita dijajah Balanda karena rempah-rempahnya, dan kopi salah satu yang diincar. Negara yang jauh saja mencari kopi ke Indonesia, masak orang Indonesia sendiri gak mau?” ungkap Hari.
Sebelumnya, kopi Sidoluhur sendiri belum sebesar sekarang. Berawal dari penjualan yang hanya berkisar 3 kilogram, Hari memutuskan untuk lebih serius meneruskan usaha mengingat permintaan pasar yang semakin besar. “Awalnya cuma 3 kilo, namun semakin lama permintaan pasar semakin besar, dan akhirnya setelah 6 bulan saya punya toko sendiri,” ringkasnya.
Berdiri sejak 2002, kopi Sidoluhur termasuk jajaran kopi yang laris di kota Malang. Mampu memproduksi hingga 9 kwintal per minggu, Hari menegaskan jika kopi yang dihasilkan merupakan olahan murni dan diproduksi sendiri olehnya, sehingga memiliki cita rasa kuat dan berbeda.
Baca Juga: Waspada! Minum Kopi saat Berbuka Tidak Baik untuk Kesehatan, Berikut Penjelasannya
“Selain dari lahan saya sendiri, saya juga mengambil kopi dari para petani yang berada di Bangelan. Di sana memang terkenal sebagai kawasan pertanian kopi,” ucap Hari.
Dijual dengan harga Rp 56 ribu per kilo, Sidoluhur memilih dua macam kopi untuk diproduksi dan dipasarkan, yakni kopi robusta dan arabika. “Kopi itu ada banyak macamnya. Tapi yang paling banyak dikonsumsi itu ada dua, kalau robusta itu lebih dirasakan tingkat pahitnya, sedangkan arabika lebih ke tingkat asam dari kopinya,” jelas Hari.
Ditanya alasan menamai produknya dengan nama Sidoluhur, Hari mengaku jika nama tersebut merupakan wasiat dari istrinya yang meninggal. Hingga sampai 16 tahun berjalan, Hari tetap mempertahankan nama tersebut sesuai pesan dari istrinya tersebut.
Baca Juga: Rekomendasi Kuliner di Malang, Ceker Setan Jadi Favorit di Suasana Cuaca Dingin
“Saya kurang tau mengapa istri saya menyuruh memberi nama Sidoluhur. Tapi setau saya, Sido sendiri memiliki makna Jadi, sedangkan Luhur itu bermakna sesuatu yang dalam. Jadi bisnis saya ini harus menjadi sesuatu yang mendalam dan bermakna untuk masyarakat,” ucapnya.
Untuk ke depannya sendiri, Hari berharap jika anak muda akan sadar dengan potensi pertanian di negara Indonesia. Ia juga ingin mengajarkan pendidikan mengenai pertanian. Karna Hari sendiri menyadari jika peryanian sendiri merupakan profesi yang sangan menjanjikan di masa depan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News