35 Persen Penghuni Panti Rehabilitasi di Surabaya Anak Pacitan

35 Persen Penghuni Panti Rehabilitasi di Surabaya Anak Pacitan Sukmawat. foto: Yuniardi Sutondo/ bangsaonline

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Sedikitnya 35 persen dari kuota penghuni panti rehabilitasi anak Marsudi Putra yang bertempat di Surabaya, ternyata dihuni oleh anak-anak dari Kabupaten . Tahun 2017 terdapat 19 anak dengan kategori nakal. Mereka dikirim pemerintah daerah untuk direhabilitasi di sana (Marsudi Putra). Padahal kapasitasnya hanya 50 anak.

Sementara di triwulan pertama tahun ini sudah ada sedikitnya 11 anak yang dikirim untuk direhabilitasi. Anak -anak yang dikategorikan nakal dan dikirim ke panti rehab tersebut rata-rata adalah anak yang tidak mau sekolah, tidak patuh kepada orangtua, dan tidak pernah mau pulang ke rumah (suka keluyuran). Oleh sebab itu, mereka dikategorikan nakal dan dikirim melalui Dinas Sosial untuk direhabilitasi.

Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4

"Anak-anak tersebut dianggap nakal oleh orangtua dan lingkungan. Padahal saat di tempat rehabilitasi mereka mendapat raport sangat bagus. Anak-anak dari dinilai cukup kreatif, dan pintar," kata Sukmawati, Kabid Pembinaan Sosial dan Rehabilitasi Anak Dinsos , Selasa (3/4).

Sementara itu, angka kasus terlapor anak berhadapan hukum dan anak dalam kasus yang ditangani Dinsos pada triwulan pertama tahun 2018 ini ada sekitar 7 kasus. Jumlah tersebut dibilang naik dibandingkan tahun 2017 sejumlah 10 kasus dan 2016 sejumlah 6 kasus.

Semua anak-anak tersebut sebagian besar adalah korban dari tindakan asusila atau pelecehan seksual. Sisanya adalah pelaku dari tindak kriminal atau pencurian di bawah umur.

Baca Juga: Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...

"Pemerintah daerah melalui Dinas Sosial mempunyai program pendampingan sosial untuk anak yang bermasalah dengan hukum. Kami punya layanan khusus untuk siapa saja warga yang anaknya bermasalah dengan hukum," terangnya.

"Sampai saat ini, masih banyak kasus yang belum terungkap atau terlaporkan karena mereka tidak mengerti ada layanan seperti ini. Atau karena mereka takut, kami juga kurang begitu paham," tukas Sukma. (yun/rd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO