SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur Soekarwo melalui Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur Jonathan Judianto, membuka acara Literasi Digital Sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat, di hotel Grand Inna Jalan Gubernur Suryo, Rabu (26/9).
Ia mengungkapkan, berdasarkan laporan Kominfo tahun 2017, sebanyak 800 ribu akun yang beredar di media sosial (medsos) saat ini terindikasi menjadi penyebar berita-berita hoax. Konten yang diposting tersebut biasanya berupa informasi yang menyulut intoleransi, radikalisme, terorisme, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Terima Pin Emas BNPT 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perangi Paham Radikal dan Terorisme
"Angka ini bisa berkurang atau bertambah pada tahun 2018.Bayangkan, setiap hari masing-masing akun menyebarkan informasi hoax, berapa informasi yang tersebar, ini sangat bahaya," ungkapnya saat membuka secara resmi acara yang digelar oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jatim dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Menurut Jonathan, pola penyebaran faham radikal mengalami perkembangan yang luar biasa pesat. Pelakunya juga tidak mengenal batas usia, mulai dari orang dewasa sampai anak kecil juga menjadi bagian dari pelaku terorisme.
"Ini problem besar, apalagi di dalam penyebaran propaganda dan keyakinan mereka, menggunakan fasilitas kemajuan dunia digital," jelasnya.
Baca Juga: Bahas Premanisme dan Radikalisme, UBS PPNI Mojokerto Gelar Kuliah Pakar
Ia menambahkan, mayoritas pengguna media sosial adalah anak muda. Usia muda sangat rentan dan mudah termakan oleh informasi hoax dan radikal. Karena itu, lanjutnya, literasi digital ini menjadi penting sebagai langkah untuk mencegah penyebaran informasi hoax dan penyebaran informasi intoleran dan adu domba.
Menurutnya, perjuangan melawan informasi hoax dan intoleran sangat berat. Sebab, kelompok radikal masuk dari berbagai segmen dan menggunakan kemampuan maksimal. Bahkan ada guru besar dari perguruan tinggi ternama juga turut serta dalam menyebarkan faham radikal.
"Penangkalan dari aspek pemhaman penting. Radikalisme bisa lokal, nasional dan internasional.
Baca Juga: Tiga Napi Tindak Pidana Terorisme di Lapas Kediri Nyatakan Ikrar Setia pada NKRI
Ini sangat bahaya. Bukan problem agama yang menjadi masalah utama, tapi problem sosial dan politik yang dikemas dalam agama," tandasnya.
Dalam kesempatannya, Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT Letkol Laut Setyo Pranowo membenarkan masih banyak akun yang menyebarkan informasi hoax. Bahkan ada banyak majalah yang berafiliasi dengan ISIS. Menurutnya, penanggulanan radikalisme, terorisme, dan hoax membutuhkan kerja strategis dari aparat serta partisipasi dari masyarakat. Idiologi dan informasi yang menyertainya harus benar-benar disaring.
"Pendekatan lunak pilihan tepat penanggulangan teroris. Semua komponen bangsa bersatu, kedamaian akan tercapai. Media sosial dan massa menjadi garda melawan terorisma," pungkasnya.
Baca Juga: Napiter Asal Semarang Bebas di Lapas Tuban
Sementara itu, Kepala FKPT Prov Jatim Soubar Isman menerangkan, acara kali ini digelar dengan tujuan untuk membahas tentang pentingnya saring sebelum sharing informasi. Terutama informasi yang berkaitan dengan muatan intoleransi seperti terorisme dan radikalisme. (ian/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News