BLITAR, BANGSAONLINE.com - Gejala pada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami perubahan. Saat ini penderita DBD cukup sulit terdeteksi. Gejala yang dulu sering disebut dengan istilah pola pelana kuda nampaknya saat ini sudah tak berlaku lagi.
Hal ini seperti diceritakan beberapa orang tua yang anaknya menderita DBD, tanpa disertai gejala umum yang mudah dikenali. Seperti adanya bintik merah serta demam tinggi.
Baca Juga: DBD dan Chikungunya Hantui Masyarakat di Kota Blitar saat Musim Hujan
"Anak saya awalnya gak mengeluh apa-apa, paginya masih sarapan lalu sekolah seperti biasa. Tidak demam dan tidak ada bintik merah di kulit tiba-tiba di sekolahan mimisan. Tanpa pikir panjang langsung saya bawa ke rumah sakit, dan setelah dicek ternyata trombositnya sudah turun," ungkap Purwati, salah satu warga Kabupaten Blitar yang anaknya sempat menjalani perawatan selama seminggu di salah satu RD swasta di Kota Blitar, Jumat (2/11/2018).
Hal senada juga diungkapkan Ahmad Ghozali, anaknya yang baru berusia 5 tahun tiba-tiba mengalami penurunan nafsu makan. Kondisinya juga lemas dan sering muntah. Tanpa pikir panjang ia langsung membawa anaknya ke rumah sakit untuk menjalani perawatan medis.
"Gejalanya memang bukan seperti DBD. Saya kira muntaber, karena anak saya sudah makan tanpa pikir panjang langsung saya bawa ke rumah sakit," papar warga Kecamatan Kanigoro ini.
Baca Juga: Selama 2021, Kasus DBD di Blitar Turun 50 Persen
Dikonfirmasi hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar memberi penjelasan. Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti mengatakan, gejala awal DBD pada umumnya adalah demam tinggi, mual, muntah, pusing, bintik merah serta pendarahan seperti mimisan. Namun saat ini gejala itu kadang-kadang tidak nampak.
"Kalau sekarang memang ada sebagian penderita yang tidak nampak gejalanya. Misalnya anak tidak panas hanya sedikit lesu tiba-tiba syok. Hal seperti ini yang ditakutkan. Untuk itu orang tua harus lebih aktif jika anak mengalami gangguan kesehatan. Terutama jika dalam dua hingga tiga hari gejala yang dialami tak mereda cepat periksa laboratorium. Dengan tes lab akan diketahui penurunan trombositnya. Dan jangan pindah-pindah pengobatan," jelas Krisna Yekti.
Tidak nampaknya gejala awal DBD ini diduga karena ada mutasi gen pada virus dengue yang menyebabkan deteksi awal DBD tidak lagi seeperti pola pelana kuda. Selain itu, yang perlu diwaspadai siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti juga telah berubah karena pengaruh musim dan kebal obat fogging.
Baca Juga: Tren DBD di Blitar Menurun Selama Semester Pertama Tahun 2021
"Selain tanggap jika mengalami masalah kesehatan yang mengarah pada gejala DBD, himbauan yang tak henti-hentinya kami himbau kemapa masyarakat adalah tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal," tegasnya.
Sekedar diketahui 10 bulan di tahun 2018, sebanyak 250 orang di Kabupaten Blitar terjangkit DBD. Dari jumlah ini berdasarkan data Dinkes, enam diantaranya meninggal dunia. (ina/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News